6 Contoh Soal Studi Kasus UKPPPG 2025 Lengkap dengan Kunci Jawaban
Berikut ini adalah 6 Soal Studi Kasus UKPPPG 2025 Lengkap dengan Kunci Jawaban-Foto: sumateraekspres.id-
Pendekatan konkret ini berhasil. Siswa antusias melipat kertas, mewarnai bagian tertentu, lalu menyebutkan pecahan yang terbentuk. Untuk memperkuat, saya memberi contoh sehari-hari, seperti membagi pizza atau buah.
Selain itu, saya menggunakan kuis interaktif melalui Kahoot. Pertanyaan berupa gambar makanan yang dibagi, lalu siswa memilih pecahan yang benar. Suasana kelas lebih hidup, dan siswa lebih cepat memahami.
Hasilnya, pada ulangan berikutnya, 25 dari 30 siswa melampaui KKM. Bahkan siswa yang biasanya tertinggal, mulai bisa menjelaskan konsep dengan bahasa sendiri. Motivasi mereka meningkat, terlihat dari keberanian bertanya ketika belum paham.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa penggunaan media konkret sangat membantu pemahaman konsep abstrak. Guru tidak boleh terpaku pada metode ceramah, tetapi harus kreatif memanfaatkan benda nyata. Saya juga belajar bahwa pembelajaran menyenangkan dapat mengubah persepsi negatif siswa terhadap matematika.
Studi Kasus 2: Mengatasi Konsentrasi Siswa Saat Pembelajaran Daring
Ketika pandemi melanda, saya harus mengajar secara daring. Tantangan terbesar adalah menjaga konsentrasi siswa. Banyak dari mereka sering menyalakan kamera lalu meninggalkan perangkat, membuka aplikasi lain, atau bahkan tertidur. Hasil belajar pun menurun drastis.
Permasalahan ini saya ketahui dari catatan kehadiran dan kualitas tugas. Siswa tampak tidak fokus, dan sebagian besar hanya mengerjakan tugas seadanya. Kondisi ini membuat interaksi belajar hampir tidak terjadi.
Saya kemudian mencari strategi untuk meningkatkan keterlibatan. Pertama, saya menggunakan ice breaking singkat di awal kelas, misalnya kuis sederhana atau permainan tebak gambar. Hal ini membuat siswa lebih bersemangat.
Kedua, saya menerapkan metode breakout room untuk diskusi kelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, lalu melaporkan hasilnya. Dengan cara ini, mereka lebih aktif karena jumlah peserta diskusi lebih sedikit.
Ketiga, saya memanfaatkan aplikasi interaktif seperti Kahoot dan Quizizz. Pertanyaan dibuat dalam bentuk permainan dengan batas waktu. Siswa berlomba menjawab, sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
Selain itu, saya memberikan waktu istirahat 5 menit di tengah sesi. Istirahat singkat membantu mereka mengurangi kejenuhan.
Hasilnya, konsentrasi siswa meningkat. Mereka lebih antusias mengikuti pelajaran, mengumpulkan tugas tepat waktu, dan aktif berdiskusi. Nilai rata-rata ulangan daring juga naik sekitar 20 persen dibanding pertemuan awal.
Pengalaman ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring harus kreatif dan interaktif. Guru perlu memahami bahwa konsentrasi siswa mudah terpecah di depan layar. Dengan variasi metode, siswa bisa tetap terlibat meski tidak bertemu langsung.
Studi Kasus 3: Penyusunan LKPD yang Tidak Efektif
Dalam pembelajaran IPA kelas V, saya menggunakan LKPD sebagai panduan siswa. Namun, LKPD yang saya buat ternyata terlalu padat, berisi ringkasan materi panjang dan soal-soal sulit. Akibatnya, siswa merasa kewalahan, kurang termotivasi, dan hanya menyalin jawaban tanpa memahami konsep.
Dari observasi, saya melihat banyak siswa bingung, bahkan menunda mengerjakan. Beberapa orang tua juga menyampaikan keluhan karena anaknya merasa tertekan.
Saya menyadari bahwa LKPD harus menjadi alat bantu, bukan beban. Maka, saya melakukan revisi. Pertama, saya menyederhanakan bahasa agar lebih mudah dipahami. Kedua, saya mengurangi panjang materi, diganti dengan ilustrasi dan poin-poin penting. Ketiga, saya menyusun soal bervariasi: mulai dari pertanyaan pemahaman sederhana, latihan analisis, hingga soal terbuka yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
