Sumatera Ekspres | Baca Koran Sumeks Online | Koran Sumeks Hari ini | SUMATERAEKSPRES.ID - SUMATERAEKSPRES.ID Koran Sumeks Hari ini - Berita Terhangat - Berita Terbaru - Berita Online - Koran Sumatera Ekspres

https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mitsubishi baru

Sambut Imlek dengan Penuh Sukacita, Hormati Orang Tua dan Leluhur dengan Tradisi Nilai-Nilai Luhur

MERIAHKAN IMLEK: Salah satu atraksi seni Barongsai di PS Mal belum lama ini, dalam rangka memeriahkan jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 Masehi. FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS--

Sedangkan tradisi angpau, dulunya selalu berikan ke anak-anak. Bagi anak yang sudah mandiri dan berhasil secara ekonomi, tidak perlu lagi orang tua berikan angpau.

“Malahan anaklah yang harus berikan angpau ke orang tuanya. Kecuali ke cucu, tetap bisa menerima angpau,” pungkasnya.  

 Di bagian lain, pada perayaan Imlek, umat akan memenuhi tempat ibadah untuk berdoa dan sembahyang pada Tuhan.

Salah satu kelenteng tertua dan terbesar di Kota Palembang, Kelenteng Chandra Nadi atau Kelenteng Dewi Kwan Im 10 Ulu, biasanya yang paling banyak dikunjungi. 

“Momen Imlek, puluhan ribu umat datang sembahyang di kelenteng ini. Untuk puncak Imlek tahun ini, kita target bisa lebih dari 20 ribu umat yang datang beribadah,” kata Ketua Martrisia Komda Sumsel, Chandra Husien. 

Kelenteng Chandra Nadi dibangun pada masa Kesultanan Palembang Darussalam dan Kolonial Belanda. sekitar 300-400 tahun silam.

Kelenteng ini sendiri memiliki sejarah panjang terhadap perkembangan warga Tionghoa di Kota Palembang.  

Awalnya dibangun oleh para pendatang Tionghoa ke Palembang untuk berdagang.  Selain berdagang, membawa serta tradisi dan kepercayaan mereka.

Termasuk juga pemujaan kepada Dewi Kwan Im, yang lebih dikenal sebagai  Dewi Welas Asih di dalam agama Buddha dan Tridharma. 

Bertahun-tahun kelenteng ini telah menjadi pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi komunitas Tionghoa yang ada di Palembang.

"Kelenteng Chandra Nadi sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu, dan hingga kini masih terus terjaga,” tegas Chandra Husien.

Selain sebagai tempat ibadah, Kelenteng Chandra Nadi juga sering digunakan untuk berbagai upacara tradisional dan perayaan.

Seperti Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. Arsitektur kelenteng ini mencerminkan gaya tradisional Tionghoa dengan ornamen yang indah dan penuh makna. 

Katanya, ada beberapa legenda yang terkait dengan Kelenteng Chandra Nadi. Salah satu legenda yang terkenal, adalah tentang asal-usul kelenteng ini.

Menurut cerita, zaman dahulu ada seorang pedagang Tionghoa yang kaya raya itu bermimpi Dewi Kwan Im muncul dan memintanya untuk membangun sebuah tempat ibadah di Palembang. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan