Sumatera Ekspres | Baca Koran Sumeks Online | Koran Sumeks Hari ini | SUMATERAEKSPRES.ID - SUMATERAEKSPRES.ID Koran Sumeks Hari ini - Berita Terhangat - Berita Terbaru - Berita Online - Koran Sumatera Ekspres

https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mitsubishi baru

Sambut Imlek dengan Penuh Sukacita, Hormati Orang Tua dan Leluhur dengan Tradisi Nilai-Nilai Luhur

MERIAHKAN IMLEK: Salah satu atraksi seni Barongsai di PS Mal belum lama ini, dalam rangka memeriahkan jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 Masehi. FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS--

“Bagi mereka yang pulang kampung ini, biasanya kerap membawa oleh-oleh atau uang untuk dapat diberikan ke orangtuanya,” ulas Darwis.

Tentunya ini tidak hanya kepada orangtua yang masih hidup, namun juga leluhurnya yang sudah meninggal dunia. Banyak rumah warga Tionghoa yang mempunyai altar leluhur.

Jadi, mereka akan sembahyang dan berikan sesajian ke altar leluhur pada H-3 Imlek. “Sesajian yang diberikan pada leluhur biasanya yang manis-manis, seperti buah dan makanan yang manis,” tuturnya.

Nilai luhur kedua, tradisi makan bersama atau ciatok pada malam H-1 Imlek. Biasanya tradisi makan ini dilakukan di rumah orangtua ataupun kerabat yang dituakan.

Di masa lalu, tradisi yang melekat sebelum ciatok, ada tradisi leluhur yang sangat indah. 

Jikalau ada permasalahan antara kerabat atau adik beradik, akan terlebih dahulu didamaikan oleh orangtua ataupun pihak yang dituakan.

BACA JUGA:Semangat Nyanyikan Lagu “Chinese New Year Song”, Fashion Show Imlek hingga Balet Jadi Daya Tarik

BACA JUGA:Sebar Seribu Paket Imlek

" Setelah berdamai dan saling memaafkan, barulah dilanjutkan dengan makan bersama dalam satu meja,” ungkapnya. 

“Namun sayang, kearifan leluhur ini sudah mulai dilupakan. Yang diingat hanya makan bersama.

Padahal momen ini saat terbaik untuk menyelesaikan persoalan yang ada sebelum merayakan Imlek dengan sukacita. Sehingga tidak ada permusuhan dan beban dalam merayakannya,” tambah Darwis.

Nilai luhur ketiga, anak-anak atau anak muda harus sujud dan sungkem kepada orangtua dan kerabat yang dituakan. Tradisi ini terus dilakukan di keluarganya. Tidak hanya ke anak-anaknya, namun juga kepada cucu-cucunya. 

“Semua anak saya, meskipun sudah menikah tetap sujud serta sungkem. Bahkan ini juga ditularkan kepada cucu saya, sehingga komunikasi akan kian baik dan hubungan juga semakin erat," ulas Darwis, yang merupakan Pembina Yayasan Budhakirti Palembang.

Namun sekali lagi dikatakannya, tradisi leluhur itu ada sebagian yang tidak ditemui lagi.Hubungan anak dan orang tua mulai renggang, akibat pengaruh gadget.

Komunikasinya tidak seerat seperti dulu lagi. “Sehingga saat Imlek, bersikap acuh dengan orang tua dan orang yang dituakan,” sampainya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan