Jebakan Dopamin Paylater, Cara Algoritma Kendalikan Otak & Trik Mengatasinya

Jumat 08 Aug 2025 - 16:36 WIB
Reporter : Berry
Editor : Irwansyah

SUMATERAEKSPRES.ID – Layanan paylater yang kian marak di Indonesia kini menjadi fenomena finansial sekaligus jebakan psikologis.

Di balik kemudahan transaksi tanpa bayar di muka, para ahli saraf memperingatkan adanya efek dopamin yang bekerja sama dengan algoritma platform untuk memicu perilaku konsumtif.

Sumatera Ekspres mencatat, psikolog dan pakar kesehatan mental menyebut bahwa penggunaan paylater secara impulsif dapat berujung pada stres finansial, kecemasan, bahkan depresi.

Hal ini terjadi karena otak merespons penawaran instan sebagai “hadiah cepat”, mendorong perilaku belanja yang kurang rasional.

    “Paylater bisa memengaruhi kesehatan mental, bukan hanya dompet,” ujar salah satu psikolog keuangan. “Jika tidak dikelola dengan baik, risikonya bukan sekadar gagal bayar, tetapi juga gangguan emosional.”

BACA JUGA:Pedagang Bendera Musiman Warnai Sudut Kota Prabumulih Menyambut HUT RI ke-80

BACA JUGA:Forkopimda OKI Tegas Batasi Orgen Tunggal, Stop Musik Remix dan DJ, Hanya Sampai Pukul 17.00 WIB

Pahami Motivasi Sebelum Klik ‘Beli Sekarang’

Pakar keuangan menyarankan setiap pengguna untuk berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri:

-    Apakah barang atau layanan ini benar-benar dibutuhkan?

-    Apakah cicilan dapat dibayar tepat waktu?

-    Apakah ini membantu mengelola arus kas atau justru membuat lebih boros?

Keputusan yang didasari kebutuhan nyata, bukan dorongan emosional, akan melindungi pengguna dari siklus utang.

BACA JUGA:Super App BRImo Tembus 42,7 Juta Pengguna, Transaksi Capai Rp3.231 Triliun

BACA JUGA:Pertamina Dorong UMKM Sumsel Berkiprah di Sriwijaya Expo 2025

Hindari Paylater Saat Psikologis Tidak Stabil

Saat berada di bawah tekanan, stres, atau emosi negatif, seseorang lebih rentan mengambil keputusan finansial yang keliru. Dalam kondisi ini, paylater dapat menjadi pemicu utang berantai.

Kategori :