Baju Adat Simbol Identitas dan Budaya

Minggu 18 May 2025 - 20:03 WIB
Reporter : Dudun
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Kota Palembang kaya akan ragam budaya, salah satunya pakaian adat. Ada banyak jenis, masing-masing menyesuaikan fungsi dan keunikannya sendiri. Salah satu di antaranya Aesan Paksangko dan Aesan Gede. Sultan Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin menjelaskan Aesan Gede merupakan pakaian adat Palembang yang telah ada pada masa keemasan Sriwijaya sekitar abad ke-9. 

Aesan Gede saat ini kerap digunakan masyarakat Sumsel dan Palembang khususnya sebagai pakaian kebesaran ketika menghadiri acara pernikahan, munggah. “Munggah itu upacara adat puncak dari upacara perkawinan. Istilah Aesan Gede berasal dari kata Aesan artinya hiasan dan Gede artinya kebesaran,” lanjut Sultan. 

Pakaian ini menggambarkan keagungan, kemewahan, dan keanggunan, sarat unsur Hindu-Budha, memiliki warna dominan merah dengan benang emas yang berasal dari tenunan kain songket dengan unsur gemerlap dan keemasan.

Sementara Aesan Paksangko merupakan pakaian adat Palembang yang mengandung elemen Islam di dalamnya. “Pakaian adat ini hadir pada masa Kesultanan Palembang Darussalam abad ke-16,” terangnya. Untuk wanita, pakaian baju kurung tertutup, salah satu hukum Islam untuk kaum muslimah. Baju ini terbuat dari Bludru, bagian dalamnya terbuat dari kain katun, berwarna merah.

Baju AdatBACA JUGA:Usher Menikmati Liburan di Bali, Pakai Baju Adat hingga Ikut Yoga

BACA JUGA:Parade Budaya Pamer Baju Adat

Di bagian kerah, ujung lengan, dan tepi depan dihiasi kuningan setengah lingkaran yang terkait dengan benang merah. Sedangkan untuk pengantin pria menggunakan songket bordir emas, jubah motif, selempang songket, seluar, serta songkok emas. “Setiap jenis pakaian adat memiliki fungsi dan makna tersendiri, yang mencerminkan nilai-nilai tradisional dan estetika masyarakat Palembang,” tuturnya.  

Pakaian adat ini tak hanya digunakan dalam acara resmi dan upacara adat, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari, menunjukkan identitas dan kebanggaan masyarakat Palembang terhadap warisan budaya mereka. Untuk itu, ia pun mengajak generasi muda mengetahui sejarah dan budaya bangsa seperti baju adat ini. 

Menggunakan baju adat merupakan panggilan batin untuk kembali menyelami akar sejarah, menggali jati diri, serta menghidupkan warisan budaya yang pernah membesarkan wilayah ini di masa lampau. “Saya mengajak seluruh masyarakat Sumsel tidak melupakan asal-usul leluhur. Sumsel bukan wilayah biasa, melainkan bagian dari jejak panjang peradaban Melayu tua yang telah memberi warna zamrud khatulistiwa (Nusantara),” tegasnya. 

Jadi sudah sepatutnya pada perayaan HUT Sumsel dan HUT Kota Palembang nanti menampilkan kearifan lokal dari seluruh pelosok daerah, seperti baju adat ini. "Saya berharap 17 kabupaten/kota di Sumsel bisa mengeluarkan pakaian adat khas masing-masing, sebagai bentuk penghormatan terhadap lokal genius yang diwariskan para leluhur kita," pungkasnya.

Kategori :