
Batik Durian Rampak ini memiliki juga memiliki filosofi seperti pamor pada keris, makna Durian Rampak yakni durian yang lebat dan rimbun.
Batik durian rampak ini bermakna rezekinya melimpah ruah yang banyak. "Itulah doa para pembatik yang terlukis dalam batik durian rampak di Kota Lubuklinggau, agar siapa saja yang memakai batik Durian Rampak, diberikan rezeki gemah, ripah dan loh jinawi," katanya.
Sementara itu, batik Muratara menunjukkan kekhasan dengan menggabungkan unsur-unsur budaya lokal yang sangat kental.
Ketua Tim Penggerak PKK Muratara, Hj Rita Suryani yang ikut turun tangan, memasarkan, mengonsep dan mempromosikan secara langsung batik-batik lokal Muratara dengan motif khas Batu Teratai.
Beragam produksi handmade Muratara, saat ini sudah beredar luas di masyarakat, khususnya produksi batik dan kain tenun songket motif Batu Teratai.
Selain itu, batik Muratara juga dikenal dengan penggunaan warna yang lebih kalem, dengan dominasi warna merah marun dan cokelat, yang mencerminkan kesederhanaan dan kedalaman filosofi masyarakat Muratara yang erat dengan nilai gotong royong dan persatuan.
Di tengah pesatnya perkembangan batik di daerah lain, batik Muratara tetap mempertahankan filosofi tersebut, dan menjadi salah satu penanda kuat dari identitas kultural daerah ini.
"Setiap motif yang kami ciptakan bertujuan untuk mengangkat budaya dan nilai-nilai yang ada di masyarakat kami.
Batik ini bukan hanya untuk dikenakan, tetapi juga untuk mengingatkan kami pada akar budaya yang kami miliki," kata Aisyah, seorang pengrajin batik di Muratara.
Bergeser ke Kabupaten Empat Lawang ada batik khas yang menjadi identitas daerah dan dipakai secara formal dalam berbagai kegiatan, baik di dalam maupun luar wilayah.
Dengan mengusung motif yang mengambil simbol Tugu Empat Lawang dan Gerbang Selamat Datang, batik ini diharapkan mampu memperkenalkan Empat Lawang secara spesifik kepada khalayak luas.
Awalnya, motif batik Empat Lawang direncanakan mengadopsi kearifan lokal, seperti buah-buahan dan tanaman khas daerah, termasuk kopi, durian, dan padi.
Namun, karena jenis tanaman tersebut juga banyak ditemukan di daerah lain di Sumsel, maka diputuskan untuk menggunakan simbol khas, yakni Tugu Empat Lawang dan Gapura Selamat Datang.
Pj Bupati Empat Lawang, Fauzan Khoiri Denin, menyampaikan harapannya agar batik ini menjadi maskot daerah. "Jika seseorang memakai batik ini, kita langsung tahu bahwa mereka berasal dari Empat Lawang," ujarnya.
Sebelumnya, Empat Lawang telah memiliki batik yang dikenal sebagai Batik Pasemah Air Keruh (Paiker), dengan motif yang menonjolkan unsur ikan semah, bambu, dan padi pulut. Batik ini telah dipatenkan dan menjadi salah satu representasi budaya Empat Lawang.
Mantan Camat Pasemah Air Keruh, Noperman Subhi, mengungkapkan bahwa desain Batik Paiker memerlukan proses kreatif yang mendalam agar memiliki filosofi khas daerah.