Pernah Nyantri-Mengajar Ngaji, Awal Masuk Sempat Frustrasi

Rabu 29 Mar 2023 - 00:02 WIB
Reporter : Edi Purnomo
Editor : Edi Purnomo

*Aria Herwansyah, Wakili Sumsel ke Ajang MTQ Nasional Antar Warga Binaan

Mampu menggapai prestasi meski dari balik jeruji besi. Itulah kesuksesan Aria Herwansyah (22). Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuasin ini meraih juara pertama MTQ Antar-Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) secara virtual se-Sumsel, 21 Maret 2023 lalu.

Seorang pria muda mengenakan baju koko dan peci putih tengah mengaji di ruangan khusus Lapas Kelas IIA Banyuasin. Suaranya merdu. Bacaannya fasih. Dialah Aria Herwansyah. Begitu koran ini tiba, dia pun menghentikan aktivitasnya.

"Alhamdulillah dapat juara pertama. Tidak menyangka sama sekali," kata dia memulai obrolan santai dengan wartawan koran ini, Senin (27/3) lalu.

Pemuda kelahiran 20 Agustus 2002 asal Desa Langkan, Kecamatan Banyuasin III itu pun bercerita asal muasal dirinya ikut MTQ Antar WBP se-Sumsel tersebut sehingga meraih juara pertama. "Saya sendiri tidak tahu kalau didaftarkan. Begitu mau lomba, langsung dipanggil untuk partisipasi," ujarnya.

BACA JUGA : Setan Dibelenggu, Maksiat Tetap Melaju? Dia pun mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya yang dimiliki. Apalagi di pundaknya tersemat nama baik Lapas Kelas IIA Banyuasin dengan 1.150 rekannya sesama warga binaan yang ada di dalam. "Tidak ada persiapan sama sekali karena dadakan," jelas Aria. Saingannya, 19 orang wakil dari UPT Lapas dan rutan lain di Sumsel.

Begitu pengumuman hasil perlombaan, namanya ternyata disebutkan sebagai juara pertama. Spontan Aria sujud syukur. Rupanya, meski tanpa persiapan, ayah satu anak ini sudah punya bekal agama sejak kecil.

Menurut Aria, dia fasih karena pernah nyantri (menjadi santri, red) pada salah satu pondok pesantren (ponpes) di Banyuasin. "Pernah juga mengajar mengaji," tuturnya.

Bahkan dia pernah mengikuti STQ dan MTQ mewakili beberapa kecamatan di Banyuasin seperti Rantau Bayur, Karang Agung Ilir, dan Kecamatan Banyuasin III.

Bisa dibilang, cukup kenyang pengalaman untuk MTQ-STQ. Karenanya, meski tanpa persiapan, tak menjadikan Aria gugup saat diikutkan dalam MTQ Antar WBP se-Sumsel.

Soal kasusnya, Aria terpaksa jadi salah seorang warga binaan di sana karena kasus yang tidak terlalu berat. Kemudian majelis hakim memvonisnya 12 bulan alias 1 tahun. “Saya sudah jalani lima bulan, sisa 7 bulan lagi,” bebernya sembari menunduk.

Di awal-awal jadi penghuni tempat tersebut, Aria mengakui sempat frustrasi dan putus asa. Harus jalani hukuman atas tindak pidana yang dilakukannya. Tak pernah terbayang kalau kisah hidupnya akan melewati bagian ini. "Tapi berkat adanya motivator yang terus berikan nasihat dan dukungan, alhamdulillah saya bangkit. Bisa seperti sekarang," tambahnya.

Salah satu hikmahnya, dia mampu meraih prestasi juara pertama MTQ Antar WBP se-Sumsel ini. Aria bahkan sudah punya rencana setelah bebas. Yakni akan mengabdi di lapas untuk memberikan dan berbagi ilmu yang telah didapat kepada warga binaan lain.

Ustaz Hermansyah, guru mengaji yang membimbingnya di Lapas mengatakan, Aria dipilih ikut lomba karena memiliki kemampuan yang baik dalam membaca Alquran. "Jadi saya ikut sertakan," kata dia. Apalagi Aria memang sejak masih kecil sudah bisa membaca Alquran.

“Terlebih lagi beliau juga masih keluarga seorang ustaz. Ini bawa nama baik Lapas Kelas IIA Banyuasin, jadi saya pilih dia untuk ikut," bebernya. Ternyata, pilihan Ustaz Hermansyah tidak meleset.

Aria benar-benar membawa harum nama Lapas Kelas II Banyuasin. Pujian pun dilontarkan Kepala Lapas Kelas IIA Banyuasin, Ronaldo Devinci Talesa. Tak hanya kepada Aria yang meraih juara pertama, tapi juga untuk seluruh jajaran beserta tim.

Dijelaskannya, MTQ Antar WBP se-Sumsel itu merupakan tahapan seleksi awal untuk mencari satu orang warga binaan yang akan diutus mewakili Sumsel dalam MTQ Antar WBP tingkat nasional.

Sebagai juri dalam MTQ Antar WBP se-Sumsel secara virtual saat itu adalah H Abdul Rahman SAg MPdI (Penyusun Bahan Pembinaan Qori dan Hafiz pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumsel). Kriteria penilaiannya yakni tajwid (nilai maksimum 60) dan fashoha (nilai maksimum 40).

"Belajar tilawatil Alquran menjadi salah satu program pembinaan di sini. Warga binaan diajarkan membaca Alquran secara baik dan indah,” ungkap Ronaldo. Menurutnya, Aria termasuk salah seorang warga binaan yang memiliki potensi sangat baik di bidang tersebut. “Karena itu kami ikutkan dia dalam lomba ini. Hasilnya sangat membanggakan kami semua," tukasnya. (qda)

Tags :
Kategori :

Terkait