Peresmian Masjid Al-Abduh di Jl Sunarna, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Sematang Borang, Palembang, oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, Sabtu (21/12/2024). Foto: alfery/sumateraekspres.id--
Nasaruddin menyampaikan, nama Masjid Al-Abduh ini mencerminkan makna hamba yang setia menyembah Allah Swt.
“Kehadiran masjid ini diharapkan menjadi pusat kegiatan ibadah sekaligus mempererat hubungan umat dengan Allah Swt,” ujarnya.
Dia juga berpesan agar masyarakat memanfaatkan masjid secara proporsional. Jangan sampai anak-anak kecil diusir dari masjid.
“Teriakan mereka adalah doa. Nabi Muhammad Saw bahkan menyayangi anak-anak kecil dan senang melihat mereka di masjid,” tuturnya.
”Kita jangan hanya memberdayakan masjid, tapi masjid juga memberdayakan masyarakat. Masjid hanya 10 persen sebagai tempat ibadah, 90 persen lainnya fungsi sosial. Zaman Rasulullah Saw dulu, juga sempat tempat pendidikan, kesehatan, perekonomian, bahkan latihan perang,” ucapnya.
BACA JUGA:Lakukan MWT Hingga Berikan Bantuan Masjid
BACA JUGA:Halo-Halo, Info Bantuan Masjid dan Musala Kini Bisa Diakses Melalui Aplikasi SIMAS, Yuk Dicoba!
Irjen Pol H Mohammad Iqbal SIK MH, dalam sambutannya mengulas sejarah berdirinya Masjid Al-Abduh ini melalui video yang ditayangkan. Masjid Al-Abduh adalah masjid yang dipersembahkan oleh almarhum ayahnya, H Mohammad Abduh bin Kosim.
Almarhum putra kelahiran Tanjung Sakti, Kabupaen Lahat, yang berjarak 350 km dari Kota Palembang. Pria kelahiran 18 September 1938 itu, putra kedua dari lima bersaudara dari Kiagus Kosim Thaib dan Muridja.
Kosim Thaib aktivis Muhamadiyah, pendakwah, dan pejuang veteran di Tanjung Sakti. Sementara Muridja, seorang aktivis Aisyiyah.
”Keras betul, hidupnya (Almarhum H Mohammad Abduh). Kakak-kakak dan mamang-mamang pasti tahu, banyak saksinya. Berniaga, jualan kue, tukang semir sepatu. Bahkan ikut saudara-saudara untuk berjuang hidup. Penyikat kamar mandi, pencuci mobil,tapi akhlaknya tetap dipertahankan,”kenangnya.
Dari Tanjung Sakti, harus ke Pagaralam untuk bisa bersekolah. Lalu ke Kota Palembang. Sampai meluluskan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
Aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, bergabung organisasi kepemudaan Islam Muhammadiyah. Bekerja sebagai PNS di Pemprov Sumsel.
Lanjut Iqbal, ayah dan ibunya (Hj Siti Muslaini) menikah pada 1967. Dikaruniai 5 orang anak. Dra Hj Novi Rahmi MM, Irjen Pol H Mohammad Iqbal SIK MH, almarhum Imam Al Farabi, H Muhammad Haikal SE MM, dan H Aga Khan SH MH.
“Beliau juga menjadi pengurus beberapa musala dan masjid. Kecintaannya akan masjid, mendorongnya untuk menginisiasi pembangunan musala dan masjid di lingkungan sekitar,” tambah Iqbal.