Beberapa poin penting tentang hubungan ini:
- Sejarah dan Tradisi: Lomba bidar di Sungai Musi telah menjadi tradisi sejak zaman kolonial Belanda. Awalnya, lomba ini diadakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina pada tahun 1898. Sejak itu, lomba bidar menjadi bagian integral dari perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia dan Hari Jadi Kota Palembang.
- Lokasi Strategis: Sungai Musi, sebagai sungai terbesar di Sumatera Selatan, menyediakan lokasi yang ideal untuk lomba bidar. Sungai ini memiliki lebar dan panjang yang cukup untuk menampung perahu-perahu bidar yang panjang dan ramping.
- Budaya dan Pariwisata: Lomba bidar di Sungai Musi tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang menarik banyak pengunjung lokal dan internasional. Acara ini sering kali disertai dengan berbagai kegiatan budaya lainnya, seperti lomba perahu hias dan pameran ekonomi kreatif.
- Komunitas dan Kebersamaan: Lomba bidar di Sungai Musi juga memperkuat rasa kebersamaan dan semangat gotong royong di antara masyarakat Palembang. Tim-tim pendayung biasanya berasal dari berbagai komunitas lokal, dan persiapan lomba melibatkan banyak orang dari berbagai latar belakang.
BACA JUGA:10 Link Twibbon Hari Guru Nasional 2024 untuk Rayakan Momen Bersejarah Guru Hebat Indonesia Kuat
BACA JUGA:Eksistensi Pasar Burung Palembang Meredup, Sejarah Dimulai Sejak 1965 Oleh Wak Manan
Dengan demikian, Sungai Musi dan lomba bidar memiliki hubungan yang saling melengkapi, di mana sungai ini menjadi panggung utama untuk mempertahankan dan merayakan tradisi budaya yang kaya di Palembang.
" peradaban Kota Palembang berkaitan erat dengan Sungai Musi. Bahkan Sungai Musi juga merupakan jantung dan salahsatu urat nadi perekonomian masyarakat terutama di bantaran Sungai Musi. Sehingga peranan dan keberadaannya sangat dijaga dan terus diperhatikan.
Dengan kata lain, bermacam upaya dilakukan untuk memastikan Sungai Musi tetap bersih," ulas Budayawan Sumsel, Vebri Al Lintani beberapa waktu lalu.