SUMATERAEKSPRES.ID - Secara mengejutkan, dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan keputusan pada Kamis (21/11) yang mengejutkan komunitas internasional.
Pengumuman mengejutkan dari pengadilan tersebut, yang disampaikan tersebut telah memicu diskusi dan perdebatan luas mengenai implikasi dan potensi konsekuensinya.
Ya, ICC mengeluarkan keputusan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Perang Yoav Gallant kini secara resmi dicari karena dianggap sebagai penjahat perang.
Keduanya dinilai bertanggungjawab atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
BACA JUGA:Iran Pastikan Balas Serangan Israel, Klaim Reaksi Tepat Waktu
BACA JUGA:Ketegangan Memanas, Iran Kritik Israel dan Minta Dukungan Global untuk Tegakkan Keadilan
Namun pertanyaan besarnya tetap: Apakah hal ini benar-benar berarti bagi rakyat Palestina? Jawabannya adalah ya dan tidak.
Di satu sisi, peningkatan tekanan terhadap Israel untuk mengakhiri kejahatan perangnya di Gaza dapat diantisipasi.
Hal ini dapat menghasilkan keuntungan jangka pendek bagi warga Palestina, khususnya di Gaza, termasuk peningkatan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Bahkan, dari sudut pandang yang sangat skeptis, berakhirnya agresi tersebut lebih cepat daripada yang diperkirakan oleh pemerintah Israel.
Dengan kata lain, di dunia yang semakin ketat bagi para pejabat Israel dengan latar belakang surat perintah ICC, melanjutkan perang di Gaza adalah sebuah pertaruhan dengan konsekuensi internasional yang membawa bencana bagi pemerintah.
BACA JUGA:Israel Optimis Pemerintahan Trump Akan Bertindak Tegas terhadap Iran
BACA JUGA:Israel Perluas Serangan, Bentrokan Sengit dengan Hizbullah, 6 Tentara Tewas
Di sisi lain, dari sudut pandang yang lebih realistis, surat perintah penangkapan yang dikeluarkan ICC terhadap dua tokoh penting Israel hanyalah permulaan dari “Rencana B” bagi Israel.
Strategi ini, yang diterapkan sejak awal perang sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, bertujuan untuk memungkinkan Israel bertahan dari keruntuhan internal.