Pohon-pohon durian yang dulu menjadi ciri khas wilayah ini mulai ditebang, berganti dengan pembangunan perumahan dan permukiman masyarakat.
Keberadaan kebun durian perlahan menghilang, meninggalkan kenangan manis yang hanya bisa diceritakan oleh para sesepuh kepada generasi muda.
Nama "Sungai Durian" sendiri memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dilepaskan dari perubahan administrasi wilayah.
BACA JUGA:Dulu Air Mengalir, Kini Lemari Berjejer, Simak Kisah Transformasi Sungai Segaran jadi Jalan Segaran
Menurut penuturan Nungcik, sebutan jalan Sungai Durian ini sudah ada sejak lingkungan tersebut masih menjadi bagian dari Kabupaten Musi Banyuasin, sebelum akhirnya bergabung dengan Kota Palembang.
"Sudah sejak 50 tahun yang lalu. Ini menjadi kenangan agar warga tahu, jika tempat mereka merupakan kebun durian," jelas Nungcik.
Keberadaan sungai kecil yang menjadi sumber kehidupan masyarakat kala itu kini juga tinggal kenangan.
Sungai Durian yang dulu mengalir deras di sekitar kawasan Talang Betutu kini sudah menghilang akibat sedimentasi yang terjadi selama bertahun-tahun.
"Sekarang hanya meninggalkan parit kecil. Dulunya anak Sungai Durian," ujar Nungcik dengan nada getir.
Sedimentasi dan perubahan lingkungan ini membuat Sungai Durian yang dulu kaya akan sumber air kini hanya menyisakan parit kecil yang tidak lagi berfungsi seperti dulu.
Bagi Nungcik dan warga lainnya, perubahan ini adalah bagian dari perjalanan waktu yang tidak terhindarkan, namun kisah-kisah tentang Sungai Durian tetap ingin mereka wariskan kepada generasi berikutnya.
Meski fisik kebun dan sungai tersebut sudah lenyap, nama "Sungai Durian" yang masih tersemat sebagai penanda jalan menjadi bukti sejarah dan identitas lokal yang tidak boleh dilupakan.
Sekretaris Lurah Talang Betutu, Andre, menegaskan pentingnya menjaga cerita tentang masa lalu ini agar tidak terlupakan.