Judul tulisan ini sengaja menggunakan kata tanya “mengapa”. Oleh karena kata ini merupakan kata kunci yang digunakan oleh bapak filsuf ternama yaitu Socrates. Socrates menggunakan kata-kata kunci “mengapa” untuk mencari jawaban hakiki dari suatu masalah.
Jawaban praktis dari pertanyaan di atas adalah seseorang bekerja karena untuk mendapatkan imbalan (baca uang) sehingga imbalan tersebut dapat dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Jawaban ini akan menimbulkan pertanyaan lain “ mengapa orang masih bekerja walau mereka secara finansial telah merdeka ?”. Berarti ada alasan-alasan lain mengapa sesorang berkerja ?Sebelum melanjutkan jawaban terhadap pertanyaan kedua, sebaiknya perlu dikupas terlebih dahulu mengenai “bekerja” itu sendiri. Bekerja adalah aktifitas fisik maupun pikiran dalam mengerjakan, mendesain maupun menyelesaikan sesuatu, dan jika selesai atau memenuhi aturan sesuai dengan kriteria yang berlaku maka akan mendapatkan imbalan dalam bentuk gaji atau penghasilan. Berdasarkan pusat statistik bekerja adalah melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bekerja adalah melakukan suatu pekerjaan perbuatan atau berbuat sesuatu dan menerima upah atau imbalan atas pekerjaan itu.
Berarti dari difinisi di atas tidak dapat menjawab pertanyaan kedua mengapa orang bekerja walau secara finansial dia telah merdeka. Berarti ada aspek lain dari bekerja sehingga ada sebagian orang menganggap bekerja itu sebagai kebutuhan. Sebenarnya, selain untuk mendapatkan imbalan bekerja juga untuk memenuhi keinginan yang bersifat manusiawi bahwa sebagai manusia kita membutuhkan rasa dibutuhkan oleh orang lain.Sifat ini timbul karena tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial inilah, maka timbul kebutuhan manusia untuk merasakan dibutuhkan oleh orang lain dan dia mempunyai fungsi di dalam lingkungan sosialnya. Dan rasa itu didapat dari berkarya atau bekerja. Oleh sebab itu walau banyak orang sudah mapan secara ekonomi tetapi mereka masih bekerja. Karena bekerja merupakan tuntutan kodrati manusia sebagai mahluk sosial. Mungkin pengalaman penulis dibawah ini dapat mebuat kita lebih memahami hakekat bekerja. Sewaktu penulis sedang turun dari mobil, datang lah seorang anak laki-laki menawarkan panganan berupa kue-kue jualannya. Karena buru-buru tawaran itu ditolak “nanti saja saya lagi sibuk”. Sewaktu penulis kembali ke mobil, anak kecil tersebut menawarkan lagi jualannya “sekarang bapak sudah tidak sibuk belilah kue saya”.
Karena tidak ingin repot saya merogoh uang sepuluh ribu rupiah dan saya berikan ke anak tersebut “ ambilah uang ini, saya sudah sarapan di rumah”. Anak itu mengambil uangnya. Dia berjalan ke arah seorang pengemis dan memberikan uang tersebut kepada sang pengemis. Karena merasa aneh penulis mendatangi anak itu dan bertanya “ bukankah kau berjualan kue karena membutuhkan uang ?”.Sang anak menjawab “Ya Pak saya membutuhkan uang oleh karena itu saya berjualan kue. Saya telah berjanji dengan ibu ku di rumah aku akan menjual habis kue-kue ini, tapi bukan untuk meminta-minta”. Pelajaran yang berharga dari anak kecil penjual kue. Kita sering menghargai suatu pekerjaan dari imbalan atau uang yang kita terima. Padahal pekerjaan dapat menjadi suatu kebanggaan bagi kita. Setiap tetes keringat atau pikiran yang kita keluarkan menjadi kehormatan bagi kita karena kita telah berperan di dalam suatu proses pekerjaan. Wajarlah ada beberapa orang berpendapat “ jika kita memiliki gaji sepuluh juta rupiah, tetapi kita bekerja seperti orang bergaji dua puluh juta rupiah, maka tuhan akan melengkapi sepuluh juta kekurangannya.
Kalau bekerja adalah juga kebutuhan, tetapi mengapa banyak orang merasa tersiksa untuk bekerja. Sampai-sampai ada pepatah “I hate Monday” saya benci hari Senin, karena dari libur akhir pekan harus bekerja kembali. Memang tidak dapat dipungkiri pada jaman sekarang ini peluang kerja tidak sebanding dengan pencari kerja, sehingga untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginan pencari kerja sulit untuk didapat. Tetapi apakah karena alasan pekerjaan tidak sesuai dengan keinginan maka kita harus merasa terpaksa bekerja atau bekerja dengan malas-malasan.Dibawah ini diuraikan mengenai makna kerja dari buku Hidup dan Kerja yang Membahagiakan karangan Ans Gregory daIry tahun 2015sertapenjelasantambahanolehpenulis
Kerja yang baik membuat anda menjadi teladan atau ditiru. Demikian juga seorang pekerja yang baik akan menjadi panutan. Pengikut mengikuti pimpinan. Kualitas kepemimpinan adalah sesuatu yang lebih dari pada biasa-biasa saja. Ketika pekerjaan anda ditunjuk sebagai “kampiun” karena ada yang “khusus/special” di dalamnya.Semoga uraian di atas akan memperbaharui semangat dan motivasi kita bekerja, sehingga kita lebih memaknai pekerjaan dengan benar dan tidak ada rasa keterpaksaan dalam bekerja. Bekerja juga membuat kita selalu berkembang, karena bekerja adalah proses belajar yang berlangsung terus-menerus. Prinsip Socrates di dalam memaknai hakikat belajar dan bekerja adalah “aku tahu bahwa aku tidak tahu”. Dengan prinsip ini maka kita selalu terdorong untuk mengembangkan diri untuk selalu belajar karena banyak sebenarnya rahasia Tuhan yang tidak kita ketahui. (*)
Kategori :