Hal tersebut berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.
Dan, ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya.
Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.
Untuk Indonesia, hal tersebut berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.
Lalu bagaimana karakteristik musim hujan tahun ini?
"Dibandingkan dengan rata-ratanya, musim hujan 2024/2025 akan datang lebih awal dari kebiasaanya," terang BMKG.
“Kondisi akumulasi curah hujan (Sifat Musim) pada musim hujan 2024/2025 diprediksi akan berada pada kategori Normal. Yang menunjukan tidak ada kondisi yang terlalu basah maupun terlalu kering," ungkap BMKG.
Sedangkan puncak musim hujan, menurut BMKG, juga akan bervariasi atau tidak serentak terjadi.
"Puncak musim hujan akan banyak terjadi pada bulan November hingga Desember 2024 di wilayah Indonesia bagian barat. Dan bulan Januari hingga Februari 2025 untuk wilayah Indonesia timur," terang BMKG.
"Puncak musim tersebut akan sama hingga maju (lebih awal) jika dibandingkan dengan kondisi biasanya," sebut BMKG.
Menurut BMKG, durasi musim hujan di berbagai wilayah akan bervariasi.
Mulai dari 6 dasarian atau 2 bulan hingga 33 dasarian atau selama 11 bulan.
"Jika dibandingkan dengan rata-rata, durasi musim hujan 2024/2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan lebih panjang daripada biasanya," tulis BMKG.
Kondisi biasanya atau kondisi normal dalam hal ini adalah kondisi rata-rata yang terjadi selama 30 tahun.