Ada juga yang berpendapat bahwa nama tersebut berkaitan dengan perdagangan buah-buahan yang berkembang pesat pada masa lampau, karena lokasi strategisnya di tepi Sungai Musi.
Senada dikatakan salah satu tokoh Masyarakat setempat, Suherman (69). Menurutnya nama kelurahan Sungai buah ini sendiri setelah berpisahnya kelurahan 2 ilir.
“Dulu masuk kelurahan 2 ilir. Tetapi sekitar tahun 1980, kelurahan berpisah karena banyaknya penduduk. Dan disebut kelurahan Sungai Buah."
"Yang jelas semasih saya kecil dulu, banyak buah-buahan berada disisi kiri dan kanan Sungai,” ujarnya.
Mulai batang buah Manggis, buah cempedak, buah rambutan, buah Nangka, buah nasi dan buah-buahan yang lain. Dulu sambung Suherman, Sungai Buah bisa dilalui kapal-kapal.
“Dan buktinya kemudi kapal yang ada di Museum Bala Putra Dewa, didapat dari daerah Sungai Buah."
"Makanya, didalam sana ada Lorong kemudi 1 hingga kemudi 4. Dari sanalah didapatkan warga peninggalan kemudi kapal yang cukup besar,” ungkapnya.
Jadi Pusat Perdagangan
Kemungkinan, sambung Suherman, pada masa Kesultanan Palembang, Sungai Buah menjadi salah satu pusat perdagangan penting di Sumatera Selatan khususnya kota Palembang.
Letaknya yang berada di tepi Sungai Musi membuatnya menjadi jalur strategis bagi para pedagang yang membawa barang-barang dari pedalaman Sumatera untuk dijual ke luar.
Termasuk ke daerah-daerah pesisir dan bahkan hingga ke mancanegara.
Berbagai komoditas seperti rempah-rempah, kain tenun, serta hasil bumi lainnya menjadi barang dagangan utama yang keluar masuk dari kawasan ini.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Palembang, sebagai kota pelabuhan, memainkan peran vital dalam jaringan perdagangan di Asia Tenggara.
BACA JUGA:Dosen UM Palembang Kembangkan Teknologi LoRa untuk Nelayan Tradisional Sungai Ogan