Sewaktu ditanya cita-cita, Rachmad bertekad sebelum usia 50 tahun, sudah menjadi perwira tinggi (pati) Polri. Lalu ditanya lagi, apa yang akan dilakukannya. “Saya jawab formalitas, harus kerja keras, terlihat berbeda dengan teman-teman satu level. Alhamdilillah sebelum 50 tahun sudah jadi, waktu itu 48 tahun,” ulasnya.
Menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) Pol, dia sudah bersyukur. Sebab sebelumnya, ayahnya sakit, Irjen Pol (Purn) Jacky Mardono Tjokrodiredjo. “Saya berdoa, jangan panggil ayah saya sebelum saya pangkat Kombes Pol. Ternyata Tuhan maha baik, ayah saya meninggal saat saya sudah pangkat Brigjen Pol,” ucapnya.
Rachmad menyebut tidak mempunyai cita-cita macam-macam. Untuk menjadi kapolda, atau sampai pangkat Komjen Pol seperti saat ini. “Bekerja yang baik saja. Nasib, pangkat, jabatan saya, pimpinan yang mengatur,” tegasnya.
Sebab, Rachmad mengungkapkan dia pernah sakit parah tahun 2020 sewaktu menjabat Direktur Tindak Pidana Siber (Dirtipidsiber) Bareskrim Polri. Masuk ICU, sudah lupa. Tidak mau lagi mengurusi dunia. “Saya hampir mati, saya serahkan semua tugas kepada wakil saya,” ucapnya.
“Saya terserah. Pak Kapolri, Kabareskrim, panggil ayah saya. Saya sudah tidak kuat untuk bekerja. Saya mau fokus untuk sembuh. 12 April saya ulang tahun di rumah sakit, dalam kondisi tidak sadar,” tuturnya.
BACA JUGA:Sebanyak 648 Personel Polri Siap Kawal Paslon Pilkada 2024, Kapolda Sumsel Tekankan Netralitas
BACA JUGA:Sebanyak 648 Personel Polri Siap Kawal Paslon Pilkada 2024, Kapolda Sumsel Tekankan Netralitas
Tiba-tiba pada 1 Mei 2020 keluar surat telegram (ST) Kapolri, Rachmad dimutasi menjadi Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim. “Saya bersyukur, saya dapat bekerja di tempat yang tidak berat, di tempat yang nyaman,” ulasnya.
Tapi dia heran, banyak yang mengirim pesan singkat mengucapkan selamat kepadanya. Padahal menurutnya, banyak yang tidak senang dengan posisi itu, menjadi guru. “Saya bingung, karena itu katanya itu untuk jabatan bintang dua,” paparnya.
Karena ST tersebut tidak seperti biasanya. Biasanya, pindah ke satu posisi menggantikan orang lain. Tapi jabatan itu tidak ada yang digantikannya. “Saya bertanya (ke SDM Polri), ternyata itu struktur baru untuk jabatan bintang dua. Dan saya yang pertama,” bebernya.
Rachmad bersyukur, dapat naik pangkat Irjen Pol, dan ditempat yang menurutnya nyaman serta tenang sehingga bisa beristirahat. “Saya bilang sama istri saya (Evi Suryani), pensiun masih 7 tahun lagi. Kita siap-siap pensiun di sini. Istri bilang, ah tidak apa-apa. Yang penting sehat, bisa keliling-keliling, jalan-jalan. Saya setuju, cocok,” kenangnya.
Tapi tidak tahunya, jabatan Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim itu hanya diembannya beberapa bulan. Itu terjadi saat Rachmad sedang diminta mengevaluasi pendidikan di Magelang, dia menyempatkan olahraga berenang di kolam.
Ketika dia berenang bolak-balik, adiknya yang bernama Andri terlihatnya berjalan di pinggir kolam. Terus mengiring Rachmad, hingga membuatnya bertanya-tanya. Pasti ada sesuatu, dia berpikirnya ada apa ibunya di Jakarta.
BACA JUGA:P3SRS Minta Kapolda Perhatikan Kasus Perusakan dan Penjarahan Kios Pasar 16 Ilir
BACA JUGA:Gebrakan ‘He for She’, Kapolda Sumsel Raih Juara II Awarding Day Kreasi Setapak Perubahan Polri
“Saya tanya, ada apa Ndri?. Mas, selamat, ke Jambi. Jadi apa saya tanya, jadi Kapolda katanya. Langsung keram kaki saya, tenggelam saya,” ucapnya tersenyum. Rachmad masih bingung mengapa bisa jadi Kapolda Jambi, padahal dia tidak pernah mengurus apa pun.