PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Selama 23 bulan menjabat Kapolda Sumsel, Komjen Pol A Rachmad Wibowo SIK, pindah tugas menjadi Wakil Kepala Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN). Lulusan Akpol 1993 itu, tidak akan melupakan Sumsel.
Kesan selama bertugas di Sumsel? “Luar biasa, banyak hal yang positif. Banyak suka dukanya, tapi saya tidak akan bisa melupakan Sumatera Selatan. Terima kasih Sumsel,” ucap Rachmad, usai acara silaturahmi izin pamit dengan komunitas TLCI Chapter #22 Palembang, Minggu siang (29/9).
Menurutnya, Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumber daya alam (SDA) yang berlimpah. Bisa menjadi penopang daerah lain. Namun itu menurutnya harus dijaga. “Semoga Sumatera Selatan semakin maju dan sejahtera,” katanya, dalam acara di Salatin Hotel Palembang.
Kata Rachmad, capaiannya sampai saat ini (Jenderal Polisi Bintang 3), sudah di luar ekspektasinya. Sebab, jalannya menjadi polisi itu tidak mudah. Bahkan, pernah sakit parah sampai tidak sadarkan diri.
Rachmad bercerita, cita-citanya memang menjadi polisi. Ayahnya seorang polisi. Yang ada di benaknya, kariernya itu menjadi polisi. Tapi, menjadi polisi itu ternyata tidak mudah. “Saya harus 4 kali, untuk mencoba masuk menjadi taruna Akademi Kepolisian,” kenangnya.
Tahun 1987 setamat SMA, umur 18 tahun dia ikut tes Taruna Akpol sampai ke Magelang. Tidak lulus, pulang ke Jakarta. “Rasanya sedih sekali. Saya lihat teman-teman beli baju, potong rambut. Wah saya menangis, saya ingin seperti mereka. Sedih, benci,” tuturnya.
Akhirnya tahun 1988, Rachmad tidak mau ikut lagi tes penerimaan Taruna Akpol. Ada seorang temannya, Taufik Putra Jaya mengajak daftar Akpol. “Saya bilang saya nggak mau, capek, saya mungkin nggak nasib di polisi. Ternyata kawan saya itu masuk (lulus),” sesalnya.
Sehingga tahun berikutnya, 1989, Rachmad termotivasi lagi mendaftar Taruna Akpol. “Tes lagi, di Kodam Jaya, gagal lagi. Sedih, benci. Sampai setiap nonton TVRI, ada pasukan berbaris, saya nggak mau lihat. Saya masuk kamar,” ungkapnya.
Tahun 1990 dia ikut tes Taruna Akpol lagi, baru lulus. Seingatnya waktu itu Juli 1990, pendidikan dibuka di Chandradimuka, Magelang. Setelah penyambutan ledakan TNT, mereka lari ke atas Gunung Tidar kemudian melakukan upacara.
“Lalu lari lagi, turun ke bawah, tiba-tiba saya blank. Beberapa detik saya merasa di rumah orang tua saya, sedang nonton televisi. Baru sadar (lagi), oh saya sekarang jadi calon taruna. Nah, di situ saya bersumpah. Saya harus menjadi polisi, dan harus jadi polisi yang baik,” imbuhnya.
BACA JUGA:Wakapolda Turut Dites Urine, Karo Provos Propam Mabes Polri Turun ke Polda Sumsel, Ada Apa?
Lulusan Akpol 1993 itu bercerita, tahun 2013 dia pernah ikut assessment untuk jabatan direktur. “Bersama dengan Pak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, waktu itu beliau direktur di daerah Sulawesi,” tambahnya.