BACA JUGA:Memelihara Burung Kicau: Lebih dari Sekadar Hobi, Berdampak Positif pada Kesehatan
BACA JUGA:Berkat Hobi Merajut, Jadi Penghasilan Tambahan
Para numismatis menemukan kegembiraan atau kepuasan pribadi karena bisa memiliki dan memeriksa gambar koleksi perak mereka.
Uang kertas dan uang logam ibarat karya seni yang tidak pernah bosan kita nikmati.
Mengoleksi uang logam kuno bisa membangkitkan kenangan masa lalu, misalnya teringat suasana masa kecil ketika melihat uang logam Rp 50, karena saat kecil uang jajannya Rp 50.
Anda juga pasti ingat lelucon masa kecil tentang uang kertas Rp 500 bergambar rumah adat Kalimantan Timur dan gambar orangutan di belakangnya.
Bahkan ingat saat saya menerima gaji pertama saya.
Berapa gaji pertama anda, bagaimana Anda membayangkan uang itu, kegunaannya, dan kenangan lain yang terlintas di benak.
Numistik juga dapat menjadi sarana pendidikan sejarah dengan menggali kisah di balik penerbitan uang kertas dan koin.
Misalnya saja pemerintah Hindia Belanda ketika masih dalam proses menjajah Indonesia melalui De Javasche Bank mengeluarkan uang kertas bergambar wayang untuk menjangkau dan merebut simpati masyarakat Indonesia khususnya dunia.
Pada tahun 1942, Jepang menginvasi Hindia Belanda.
Pada masa pendudukan, pemerintah Jepang mengeluarkan dua uang kertas untuk diedarkan di Hindia Belanda: De Japansche Regeering dan Dai Nippon Teikoku Seihu.
BACA JUGA:10 Hobi Ekstrem dengan Risiko Kematian Tinggi yang Memacu Adrenalin
BACA JUGA:Cuan dari Hobi! Aplikasi Ini Bayar Rp200 Ribu Setiap Hari, Cukup Baca dan Menulis Novel
Ketika peredaran ORI (Oeang Republik Indonesia) dimulai pada tahun 1946, terdapat kendala dalam pendistribusian ORI di daerah-daerah.
Oleh karena itu, beberapa daerah mendirikan ORI sendiri dengan persetujuan pemerintah pusat sebagai alat tukar sementara yang disebut ORIDA (Ibukota Daerah Republik Indonesia).