SUMATERAEKSPRES.ID - Protein sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak dan remaja. Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat sekaligus Dosen dan Guru Besar FKM UI, Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH, mengatakan, tahun pertama seorang anak (bayi), pada usia 0-2 tahun, merupakan pertumbuhan yang sangat cepat. Anak bisa tumbuh 20-25 cm per tahun.
Jika anak pada usia itu kurang diberikan protein otomatis pertumbuhannya tidak akan optimal. Sementara, pada usia 2 tahun hingga anak sekolah, pertumbuhannya sekitar 5-6 cm per tahun.
BACA JUGA:Selain Gizi buruk, Remaja Putri di OI ini Alami Anemia dan Infeksi Saluran Kemih
BACA JUGA:Pakar Gizi Ingatkan Makanan dan Minuman Berlabel Gula Rendah Belum Tentu Lebih Baik
“Di situ sebenarnya pertumbuhan cepat juga, meski tidak setinggi 2 tahun pertama. Pertumbuhannya akan naik lagi pada masa remaja (pubertas) sekitar 8-20 cm per tahun,” ujarnya pada Olagud Press Launch di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Karena itu masyarakat harus tahu zat gizi apa yang paling dibutuhkan di masa-masa pertumbuhan cepat ini. “Zat gizi itu protein, terutama protein hewani.
Tidak sama antara protein hewani dan nabati,” lanjut Prof Sandra. WHO/UNICEF tahun 2021 menyampaikan ada 8 kelompok pangan minimal untuk konsumsi anak, yaitu ASI, padi-padian, kacang-kacangan, produk susu, makanan daging, telur, buah dan sayuran kaya vitamin A, serta buah dan sayuran lainnya.
Dari kelompok itu, WHO/UNICEF merekomendasikan konsumsi protein hewani. WHO menyatakan pemberian ASI dan non ASI pada anak, berupa daging, unggas, ikan, atau telur harus sesering mungkin atau dimakan setiap hari.
Sebab ada bukti anak-anak yang mengonsumsi telur dan daging memiliki asupan lebih tinggi dari berbagai jenis nutrisi penting untuk pertumbuhan linier yang optimal.
Selain itu, mengonsumsi telur juga meningkatkan asupan energi, protein, asam lemak esensial, vitamin B12, vitamin D, fosfor dan selenium, dengan panjang badan yang lebih tinggi. “Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita tidak memberikan protein hewani kepada anak,” bebernya.
Menurutnya, cukup banyak bukti rendahnya prevalensi asupan makanan daging dan telur di berbagai negara. Di Indonesia, pola konsumsi pangan tahun 2022 mayoritas pada makanan dan minuman jadi sekitar 37,95 persen, rokok 15,14 persen, padi-padian 9,46 persen, sayur-sayuran 6,96 persen.
Khusus pangan hewani pada produk ikan, udang, cumi, kerang sebesar 5,53 persen, telur dan susu 3,71 persen, dan daging (unggas) 3,53 persen.
Kendati minim, tapi masih lebih baik ada peningkatan konsumsi daging meskipun tidak besar dibanding 2021 (3,07 persen). Secara proporsi, konsumsi penduduk Indonesia lebih banyak protein nabati (65,7 persen) dibandingkan protein hewani (34,3 persen).
Sayangnya, banyak yang mengira protein nabati juga cocok untuk anak-anak pada masa pertumbuhan. “Sebenarnya agak berbeda, mungkin memang protein nabati diperlukan tetapi bukan untuk anak-anak,” terangnya.
Dikatakan, protein hewani penting bagi anak, khususnya pada masa-masa emas (golden age) usia 0-5 tahun. “Mengapa kita perlu pangan hewani, karena mengandung zat gizi yang tidak ada di pangan nabati,” paparnya.