“Protein hewani wajib, untuk menambah berat dan tinggi badan anak dengan cepat bahkan kita bikin double protein. Tim Gizi akan mengukur berapa kalori protein yang dibutuhkan anak untuk menaikkan BB-TB dalam jangka waktu tertentu,” tegasnya.
Contohnya, hari ini menu PMT berupa nasi, telur dadar-daging ayam, esoknya telur-daging sapi, dan seterusnya. “Menu makanan kita masak sendiri di rumah kader posyandu atau dapur umum puskesmas, jadi kami betul-betul tahu kadar gizinya,” tambahnya. Lalu kader posyandu mengantar makanan dan memastikan anak mengonsumsi sampai habis.
“Program PMT ini dari Kemenkes RI, hampir 2 bulan berlangsung dengan 30 anak sasaran. Sudah selesai bulan lalu, hasil evaluasi rata-rata perkembangan anaknya bagus,” lanjut drg Kiki. Setelah PMT, kini bergulir program Sikat Stunting dari TP PKK Kota Palembang. Di sini, puskesmas memberikan kacang hijau, 2 telur, dan susu setiap hari kepada anak sasaran. Tetap lengkap, ada protein nabati pada kacang-kacangan dan hewani pada telur.
Dia menyebut, anak kekurangan gizi atau stunting lantaran malas makan atau sering jajan. “Jika anak tidak mau makan harus kita paksa, namun ibu-ibu mungkin kurang getol atau kreatif memberi makanan bergizi. Anak susah makan malah dikasih jajanan,” bebernya.
BACA JUGA:Pemkab Muba Borong 3 Kategori Penghargaan pada Rakornas Stunting 2024
BACA JUGA:Prabumulih Raih Penghargaan Dana Fiskal atas Penurunan Stunting
Menurutnya, jajanan cuma kenyang sebentar tapi gizinya kurang. “Kita selalu mengedukasi ibu-ibu bahwa sebenarnya tidak sulit memasak makanan bergizi. Kalaupun mau mengasih snack, yang penting mengandung double protein hewani. Ibu-ibu dapat mengocok mie dengan telur dan daging, atau 2 telur plus daging ayam. Tak perlu makanan mahal, yang penting proteinnya terpenuhi,” ungkapnya.
Kalaupun faktor ekonomi, sebenarnya tak bisa jadi alasan. Semua kembali pada kreativitas ibu mengolah makanan. “Boleh memberikan pangan olahan daging ayam/sapi seperti nugget dan sejenisnya sepanjang ingredient (komposisi)-nya bagus. Artinya bahan baku daging-nya banyak. Ibu-ibu harus memperhatikan ini saat membeli,” pinta drg Kiki.
Penting untuk Tumbuh Kembang Anak
Protein sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak dan remaja. Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat sekaligus Dosen dan Guru Besar FKM UI, Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH mengatakan tahun pertama seorang anak (bayi), pada usia 0-2 tahun, merupakan pertumbuhan yang sangat cepat. Anak bisa tumbuh 20-25 cm per tahun.
Jika anak pada usia itu kurang diberikan protein otomatis pertumbuhannya tidak akan optimal. Sementara, pada usia 2 tahun hingga anak sekolah, pertumbuhannya sekitar 5-6 cm per tahun. “Ini sebenarnya pertumbuhan cepat juga, meski tidak setinggi 2 tahun pertama. Pertumbuhannya akan naik lagi pada masa remaja (pubertas) sekitar 8-20 cm per tahun,” ujarnya pada Olagud Press Launch di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Karena itu masyarakat harus tahu zat gizi apa yang paling dibutuhkan di masa-masa pertumbuhan cepat ini. “Zat gizi itu protein, terutama protein hewani. Tidak sama antara protein hewani dan nabati,” lanjut Prof Sandra. WHO/UNICEF tahun 2021 menyampaikan ada 8 kelompok pangan minimal untuk konsumsi anak, yaitu ASI, padi-padian, kacang-kacangan, produk susu, makanan daging, telur, buah dan sayuran kaya vitamin A, serta buah dan sayuran lainnya.
Dari kelompok itu, WHO/UNICEF merekomendasikan konsumsi protein hewani. WHO menyatakan pemberian ASI dan non ASI pada anak, berupa daging, unggas, ikan, atau telur harus sesering mungkin atau dimakan setiap hari. Sebab ada bukti anak-anak yang mengonsumsi telur dan daging memiliki asupan lebih tinggi dari berbagai jenis nutrisi penting untuk pertumbuhan linier yang optimal.
Selain itu, mengonsumsi telur juga meningkatkan asupan energi, protein, asam lemak esensial, vitamin B12, vitamin D, fosfor dan selenium, dengan panjang badan yang lebih tinggi. “Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita tidak memberikan protein hewani kepada anak,” bebernya.
Menurutnya, cukup banyak bukti rendahnya prevalensi asupan makanan daging dan telur di berbagai negara. Di Indonesia, pola konsumsi pangan tahun 2022 mayoritas pada makanan dan minuman jadi sekitar 37,95 persen, rokok 15,14 persen, padi-padian 9,46 persen, sayur-sayuran 6,96 persen. Khusus pangan hewani pada produk ikan, udang, cumi, kerang sebesar 5,53 persen, telur dan susu 3,71 persen, dan daging (unggas) 3,53 persen.
Kendati minim, tapi masih lebih baik ada peningkatan konsumsi daging meskipun tidak besar dibanding 2021 (3,07 persen). Secara proporsi, konsumsi penduduk Indonesia lebih banyak protein nabati (65,7 persen) dibandingkan protein hewani (34,3 persen). Sayangnya, banyak yang mengira protein nabati juga cocok untuk anak-anak pada masa pertumbuhan. “Sebenarnya agak berbeda, mungkin memang protein nabati diperlukan tetapi bukan untuk anak-anak,” terangnya.
Dikatakan, protein hewani penting bagi anak, khususnya pada masa-masa emas (golden age) usia 0-5 tahun. “Mengapa kita perlu pangan hewani, karena mengandung zat gizi yang tidak ada di pangan nabati,” paparnya. Pertama pangan hewani padat zat gizi makro dan mikro, mutu protein tinggi dengan asam amino esensial lengkap, zat gizi mikro yang dikandung mudah diserap tubuh, kandungan faktor anti-nutrient rendah, mengandung IGF-1 yang meningkatkan tinggi badan (khusus susu), serta konsumsi protein menurunkan risiko obesitas (Lotfi et al., 2022, Nature).