JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa perekonomian global secara umum masih menunjukkan pelemahan, meski tingkat inflasi cenderung moderat.
"Kondisi ini disertai dengan pelambatan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat yang mendorong The Fed bersikap dovish, sehingga meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan pada 2024," tulis OJK dalam situs resminya, dikutip Minggu, 8 September 2024.
Di Eropa, indikator ekonomi belum menunjukkan kekuatan di tengah inflasi yang tetap tinggi. Pasar mengantisipasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September 2024.
Sementara itu, di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi terus melambat dengan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran yang berlanjut. Situasi ini mendorong pemerintah dan bank sentral untuk terus mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter.
BACA JUGA:Pantai Sungai Ogan Jadi Lokasi Unik Mini Soccer Bonjer Cup 2024
BACA JUGA:Tembakau Desa Tanjung Beringin. Menjaga Tradisi di Tengah Tantangan Ekonom
Tensi geopolitik global meningkat seiring dengan dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden November 2024, serta potensi instabilitas di Timur Tengah dan Rusia akibat eskalasi konflik di perbatasan Ukraina.
Selain itu, pelemahan permintaan global turut menyebabkan penurunan harga komoditas.
Dalam konteks ini, yield UST secara umum menurun dan indeks dolar melemah, terutama dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan oleh The Fed dalam waktu dekat.
Hal tersebut mendorong terjadinya aliran modal masuk (inflow) ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, sehingga pasar keuangan emerging market mayoritas menguat, khususnya di pasar obligasi dan nilai tukar.
BACA JUGA:Cadangan Devisa Indonesia Meningkat, BI Optimistis Terhadap Stabilitas Ekonomi
BACA JUGA:Peningkatan Realisasi APBD Memacu Perekonomian Sumsel
Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi tercatat melampaui ekspektasi, didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. Tingkat inflasi inti tetap terjaga dan surplus neraca perdagangan berlanjut.
Pertumbuhan ekonomi yang positif juga tercermin dari peningkatan kinerja emiten pada Triwulan II 2024, terlihat dari pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang tumbuh masing-masing sebesar 4,94 persen dan 2,73 persen secara tahunan (Triwulan I 2024: 2,64 persen dan 2,29 persen).
Namun demikian, pemulihan daya beli masih berlangsung relatif lambat dan perlu mendapat perhatian.