AA Cuci Seragam Sekolah Sebelum Pergi. Keluarga Tuntut Hukuman Berat untuk Pelaku

Rabu 04 Sep 2024 - 17:53 WIB
Reporter : Adi
Editor : Irwansyah

SUMATERAEKSPRES.ID – Proses pra rekonstruksi kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap siswi SMP TBM berusia 13 tahun, AA, dilaksanakan di Mapolrestabes Palembang pada Rabu (4/9) siang.

Acara yang berlangsung di Ruang Rapat Cendrawasih ini mengundang keempat pelaku dan diselenggarakan secara tertutup mulai pukul 14.00 WIB.

Untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama pra rekonstruksi, puluhan petugas keamanan dikerahkan. Awak media yang telah menunggu sejak pagi tidak diperkenankan masuk ke area rekonstruksi.

Para pelaku, yang dikawal ketat oleh gabungan petugas dari Jatanras Polda Sumsel, Sat Reskrim, dan Seksi Propam Polrestabes Palembang, satu per satu memasuki ruang tersebut.

Setelah sekitar satu jam, keempat pelaku kembali dibawa ke Unit PPA Sat Reskrim untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keluarga korban, yang menyaksikan dari jarak jauh, menuntut hukuman maksimal bagi para pelaku.

BACA JUGA:Pendaftaran CPNS Prabumulih. Jumlah Pelamar Mencapai 1.106 dan Diprediksi Akan Terus Bertambah

BACA JUGA:Harpelnas 2024, BSI Berikan Ultimate Service yang Lebih Responsif dan Personal

Marzuki, paman korban, menyatakan, "Meskipun pelaku masih di bawah umur, mereka tetap harus menerima hukuman yang setimpal. Kami meminta hukuman mati atau hukuman tertinggi yang memungkinkan."

Marzuki mengungkapkan bahwa ia dan keluarga baru pertama kali melihat pelaku setelah kejadian tragis tersebut. "Kami tidak mengenal mereka. Ini pertama kalinya kami bertemu dengan pelaku setelah keponakan kami dibunuh secara brutal," ujarnya.

Senada, bibi korban, Marleni, menegaskan bahwa hukum harus ditegakkan tanpa memandang usia pelaku.

Selama pra rekonstruksi, keluarga korban tidak diizinkan masuk dan hanya bisa menunggu di luar. Marleni juga menceritakan bahwa mereka datang ke Polrestabes Palembang pada Selasa malam (3/9) setelah mendengar kabar penangkapan pelaku, tetapi diminta pulang oleh petugas untuk menghindari tindakan anarkis.

Menurut Marleni, AA sebelum meninggalkan rumah tidak menginformasikan tujuannya dan tidak membawa handphone. AA hanya berjalan kaki setelah mencuci seragam sekolahnya yang seharusnya dipakai untuk hari Senin.

BACA JUGA:Peluang Karir Lowongan Kerja Terbaru dari Mayora Group, September 2024

BACA JUGA:Perempuan Lansia Ditemukan Tewas Terbakar di Kebun Karet

"AA tidak memiliki handphone, hanya pakaian sekolah yang akan menjadi kenangan terakhir bagi keluarga," kata Marleni dengan penuh kesedihan. Ayah AA, yang masih dalam keadaan shock, hanya bisa diam.

Kategori :