Drainase mengurangi kadar air di dalam tanah gambut, yang seharusnya tetap jenuh untuk menjaga stabilitas ekosistemnya.
Ketika air mengalir keluar, gambut mengering dan menjadi sangat mudah terbakar. Kondisi ini diperparah oleh musim kemarau panjang, yang meningkatkan risiko kebakaran yang meluas.
Dampak Kebakaran Lahan Gambut
Dampak kebakaran lahan gambut sangat luas, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia. Dari segi lingkungan, kebakaran gambut menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati.
Banyak spesies flora dan fauna yang hidup di hutan gambut yang unik, dan kebakaran menyebabkan kerusakan habitat yang parah, yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup spesies-spesies tersebut.
Kebakaran lahan gambut juga menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
Gambut yang terbakar melepaskan karbon yang telah tersimpan selama ribuan tahun ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4), dua gas yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim global.
Pada skala lokal, asap yang dihasilkan dari kebakaran ini menciptakan kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan manusia, menyebabkan berbagai masalah pernapasan dan penyakit lainnya.
Kabut asap juga mengganggu aktivitas ekonomi, seperti transportasi dan pariwisata, serta merugikan sektor pertanian karena sinar matahari yang terhalang asap menghambat proses fotosintesis.
BACA JUGA:Menilik Harapan Hidup di Sumatera Selatan
BACA JUGA:Menyiapkan Pendidik Profesional Di Era Society 5.0
Upaya Penanggulangan
Upaya penanggulangan kebakaran lahan gambut memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Salah satu langkah utama adalah penerapan pengelolaan lahan gambut yang lebih baik dan berbasis pada prinsip-prinsip keberlanjutan.
Pemerintah dan pihak swasta harus bekerja sama untuk mengurangi praktik pembakaran lahan, terutama dengan memberikan alternatif metode pembukaan lahan yang lebih ramah lingkungan, seperti teknik tanpa bakar.
Restorasi lahan gambut juga merupakan langkah penting dalam mencegah kebakaran di masa depan.