Namun komoditi beras masih menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi.
BACA JUGA:8,54 M Ton Batu Bara Belum Dieksplorasi, Jadi Penopang Ekonomi Sumsel
BACA JUGA:Ekonomi Sumsel di Tengah Fluktuasi Harga Komoditas Global
"Produksi ktia tercatat 2,83 juta ton pada 2023. Kalau dikonversi dari gabah menjadi beras kita hasilkan 1.7 juta ton pertahun. Sementara konsumsi 800.000 ton. Mestinya kita ada saving setengahnya. Tapi anomalinya ada sumber inflasi justru dari komoditi beras," papar Elen.
Produksi yang tinggi ini menurut Elen belum dinikmati sepenuhnya dan hal ini nilainya sangat dipengaruhi oleh hilirisasi.
Bukan hanya beras, kelapa sawit pun yang dibawa keluar semua dalam bentuk CPO.
Demikian halnya karet, belum terjadi hilirisasi dalam bentuk ban, sarung tangan atau lainnya begitupun kopi.
BACA JUGA:UMKM Gerakkan Ekonomi Sumsel
BACA JUGA:Orang Minang Dongkrak Ekonomi Sumsel
"Kopi bisa dijaga dari proses panen sampai packing ke konsumen sebenarnya nilai tambahnya bisa 20 kali lipat. Seperti kopi-kopi Semendo, Pagaralam jika tidak dilakukan peningkatan kualitas makan tidak bertambah nilai tambahnya," jelas Elen.
Anggota DPR RI asal Sumsel, Hafisz Tohir mengatakan maksud diadakannya FGD bersama Komisi XI DPR RI dan BSBI ini adalah sebagai media bertukar pikiran satu sama lainnya.
Hafisz mengatakan memang tidak mudah memperbaiki perekonomian di tengah gejolak global yang luar biasa.
Setelah baru-baru ini keliling kelima negara Ia mengatakan perekonomian memang tengah lesu dimana-mana.
BACA JUGA:Di Bawah 2 Persen, Pj Gubernur Sumsel Sebut Inflasi Sumsel Secara Umum Masih Terkendali
BACA JUGA:Beras Surplus, Bawang-Cabai Defisit, Sering Jadi Pemicu Inflasi Sumsel
Begitupun di Eropa. Salah satu negara dengan pertumbuhan ekonominya yang cukup stabil menurutnya adalah Jerman.