JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Dua dekade lalu, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dipenuhi oleh tanaman mangrove. Namun, akibat abrasi yang terus terjadi, ekosistem mangrove di kawasan ini semakin berkurang.
Mangrove, yang seharusnya menjadi 'sabuk hijau' pelindung pesisir, perlahan kehilangan fungsinya.
Dua dari enam desa di Kecamatan Muaragembong, yakni Desa Pantai Bahagia dan Desa Pantai Bakti, mengalami abrasi signifikan.
Endang, Bendahara Kelompok Tani Sumber Makmur, menjelaskan bahwa abrasi di kedua desa ini dimulai pada 2005 dan mencapai puncaknya pada 2010.
"Permukaan air laut meningkat, sabuk hijau dari mangrove berkurang, menyebabkan air laut masuk karena tidak ada penahannya. Dulu, lahan desa adalah tambak produktif untuk udang dan bandeng. Sekarang, abrasi membuat lahan tersebut seperti lautan kecil," ungkap Endang.
BACA JUGA:BRI Meraih Best Risk Management di CNN Indonesia Awards
BACA JUGA:Berkah Program BRIncubator, Maira Cookies Raih Omzet Rp 500 Juta dari Jualan Kue Macaron
Kerusakan ekosistem mangrove yang seharusnya berfungsi sebagai penghalang gelombang air laut semakin mengkhawatirkan.
Di Kampung Solokan Kendal, Desa Pantai Bahagia, kerusakan lahan mencapai sekitar 2500 hektar.
Endang menekankan perlunya perhatian khusus terhadap wilayah ini. Pada 2021-2023, BRI melalui Program BRI Menanam - Grow & Green, menyalurkan 10.000 bibit mangrove kepada masyarakat Kampung Solokan Kendal.
Kelompok Tani Sumber Makmur yang beranggotakan 24 orang ini mengambil inisiatif untuk menanam bibit mangrove tersebut.
"Kami sehari-hari adalah petani tambak. Tambak yang dikelola terancam abrasi. BRI memberikan 10 ribu bibit mangrove untuk ditanam di pinggir tambak dan pesisir, sehingga tambak kami terlindungi. Mangrove ini berfungsi sebagai sabuk hijau untuk mencegah abrasi," jelas Endang.
BACA JUGA:BRI Topang Ekonomi Nasional dengan Portofolio Kredit UMKM Terbesar di Indonesia
BACA JUGA:BRI Raih Laba Rp29,90 Triliun dengan Pertumbuhan Selektif dan Prudent
BRI Berkomitmen Melawan Perubahan Iklim