Seseorang bisa terinfeksi DBD lebih dari sekali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah, bahkan bisa berujung pada kematian.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setiap hari, dua orang meninggal akibat DBD.
"Untuk itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari saat nyamuk biasanya menggigit, yaitu waktu di mana kita paling aktif," ujarnya.
Ia menilai, DBD bukan hanya masalah individu, namun masalah komunitas.
Risiko DBD lebih tinggi terjadi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah permukiman perkotaan.
"Orang yang terinfeksi dengue tidak hanya berisiko terhadap kesehatannya sendiri, tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan kemudian dapat menularkan virus kepada orang sehat melalui gigitannya. Perlu diingat bahwa dengue tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya; nyamuk diperlukan untuk transmisi virus dengue," paparnya.
BACA JUGA:Kasus Kematian Penderita DBD Pecah Rekor, 4 Bulan Capai 28 Orang, Tertinggi 4 Tahun Terakhir
BACA JUGA:Terkena DBD saat Hamil Dapat Mempengaruhi Kesehatan Bayi hingga 3 tahun Pertama Kehidupannya
DBD terdiri atas tiga fase, yaitu fase demam tinggi di 1-3 hari pertama; fase kritis, pada hari ke-4 dan 5; dan fase penyembuhan, yaitu di hari ke-6 dan 7. Waspada pada fase kritis, karena pasien dapat mengalami pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa.
Penyakit DBD memberikan dampak dan tekanan yang besar bagi para keluarga.
Ketakutan dan kekhawatiran karena anak atau orang tua harus dirawat di rumah sakit menunjukkan betapa pentingnya setiap langkah pencegahan dalam menanggulangi permasalahan DBD.
Langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus sangat membantu dalam meminimalkan risiko melalui pengendalian vektor nyamuk.
"Namun, cara inovatif lain untuk memberikan perlindungan lebih baik juga perlu dipertimbangkan, salah satunya melalui vaksinasi," tutup dr Nunki Andria. (lia)