Saat ini Banyuasin telah berstatus siaga darurat karhutla. Diketahui, bencana karhutla pada 2015 silam menjadi sejarah kelam Banyuasin. Saat itu, lahan terbakar luasnya mencapai 141.124 hektare. Dampaknya tak hanya skala nasional, tapi internasional.
Ada pun beberapa daerah rawan karhutla yaitu Pulau Rimau, Tungkak Ilir, Tanjung Lago, Rambutan, Rantau Bayur dan Sembawa sebagian Talang Kelapa, Banyuasin I dan Muara Sugihan. Di Muba, pada 14 Juli kemarin terpantau 6 hotspot. Namun tidak ada yang terbakar.
Pemkab Muba sudah menetapkan status siaga darurat karhutla. Kepala BPBD Muba, Pathi Riduan SE ATD MM, mengungkapkan ada 71 desa rawan karhutla yang tersebar di 11 kecamatan. "Sudah kami petakan," ujarnya.
Sebaran 71 desa itu yakni di Kecamatan Babat Supat 6 desa, Babat Toman 7 desa, Batang Harileko 8 desa, Bayung Lencir 11 desa, Keluang 4 desa, dan Lais 7 desa. Lalu, di Kecamatan Lalan 5 desa, Sanga Desa 8 desa, Sungai Keruh 7 desa, Sungau Lilin 3 desa serta Jirak Jaya 5 desa.
"Kita juga melakukan sosialisasi bahaya karhutla bersama stakeholder dan perangkat desa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan karhutla," ujarnya.
Lalu,mengakifkan 9 Pos Pemantau Pengendalian Karhutla. Pos induk yang menjadi pusat koordinasi dan operasi pengendalian karhutla di Bayung Lencir.
Pos ini memiliki kapasitas 250 orang dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang rapat, asrama personil, gudang peralatan pemadaman, dan mobil pemadam kebakaran. Selain pos induk, terdapat juga pos pemantau lainnya yang berada di beberapa titik strategis.
Tersebar di Dusun V Muara Baru Desa Muara Medak, Dusun VII Mekar Jaya Desa Muara Medak, Desa Talang Nyamuk, Desa Mendis, Desa Pulai Gading, Desa Kepayang, Dusun I Desa Muara Merang, dan Dusun III Pancoran Desa Muara Merang.
Tiap pos kapasitas 10 orang dan dilengkapi dengan perlengkapan pemadam kebakaran seperti motor, tempat tidur, mobil damkar, dan alat pemadaman lainnya.
"Kami berharap dengan adanya pos-pos pemantau ini, respon terhadap karhutla bisa lebih cepat dan efektif," terangnya.
Kepala Dinas Perkebunan Muba, Ahmad Toyibir SSTP MM, mengatakan pihaknya terus melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) sarana dan prasaran karhutla perusahaan perkebunan. "Kita sidak sapras karhutla, agar siaga menghadapi kebakaran," ujarnya.
Disediakan juga 8 alat berat untuk membuka warga yang ingin buka lahan pertanian dan perkebunan. Supaya warga tidak lakukan pembakaran dalam buka lahan.
“Kita tengah mengajukan pengurangan harga sewa alsintan, dari Rp 250 ribu/jam menjadi Rp 120 ribu/jam saja," bebernya.
Sehingga warga tak merasa berat menyewa alsinta dalam membuka lahan pertanian dan perkebunan. "Pada akhirnya, mereka tidak buka lahan dengan cara membakar," pungkasnya.
Karhutla juga terpantau di wilayah Kecamatan Rambang, Kabupaten Muara Enim. Persisnya di lahan non gambut (mineral).
“Intensitasnya sedang, luasnya belum dihitung. Tapi sudah berhasil dikendalikan,” jelas Kalaksa BPBD Muara Enim, Abdurrozieq Putra ST MT. Untuk hotspot terpantau dari lahan non gambut ada 6 titik. "Semua di kawasan mineral," ucap dia.