Atasi Pupuk Mahal, Buat Pupuk Organik

Rabu 03 Jul 2024 - 20:40 WIB
Reporter : Andika
Editor : Edi Sumeks

INDRALAYA, SUMATERAEKSPRES.ID  - Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup. Seperti pelapukan sisa-sisa tanaman maupun hasil pembuangan dari limbah kotoran hewan. 

Mengandung banyak zat hara organic. Pupuk ini dapat berbentuk padat atau cair. Biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. 

Seperti yang tengah dilakukan oleh kelompok tani Tunggal Makmur di DESA PULAU SEMAMBU, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir.  Di tengah kondisi pupuk pabrikan yang makin mahal, petani Desa Pulau Semambu mencoba melakukan uji coba pembuatan pupuk organik.  

Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Indralaya Utara, Sekar Arum menyebutkan, pembuatan pupuk organik ini sebenarnya sudah lama direncanakan.  “Imbauan untuk membuat secara mandiri pupuk organik dari bahan-bahan di sekitar sudah sering saya sampaikan. Alhamdulillah akhirnya bisa terlaksana melalui uji coba yang dilakukan oleh anggota kelompok tani Tunggal Makmur ini,” ujar Sekar.

Rata-rata, petani di Desa Pulau Semambu kebanyakan menanam sayuran. Meskipun tergabung di kelompok tani, petani tidak bisa mengakses pupuk subsidi karena tak menanam komoditas yang berhak menerima pupuk subsidi.

BACA JUGA:Catat Penghematan Rp1,3 T dari Inovasi Karyawan, Pupuk Indonesia Duduki Posisi Nomor 7 Terbesar Dunia

BACA JUGA:Mengubah Kotoran Ternak Jadi Pupuk Berkualitas di Desa Tanjung Baru, Langkah Efisien Menghemat Biaya!

Berdasarkan aturan, hanya sembilan jenis komoditas pertanian yang mendapat bantuan pupuk subsidi. Di antaranya adalah padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi, tebu, dan kakao, dengan luas kepemilikan lahan maksimal 2 ha per petani.  ‘’Meskipun demikian, bukan berarti petani tidak mengalami kesulitan. Selain pupuk kimia yang semakin mahal, pupuk kandang dari kotoran ayam pun harganya juga terus naik," ungkapnya. 

Tingginya permintaan pupuk kandang dari petani di saat ketersediaan yang sedikit, membuat harga pupuk kandang juga naik dan sulit dicari. "Sedangkan harga sayur mayur di kebun masih relatif tidak ada perubahan. Hal tersebut akhirnya memaksa petani untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia," jelas Sekar. 

Sudah beberapa kali jenis pupuk organik diujicobakan. Pada uji coba pertama, dicampurkan 5 karung kotoran kambing dan 4,5 karung rumput. Sehingga menghasilkan 6 karung pupuk organik.   Kemudian, pada uji coba ke-2 ini menggunakan formula perbandingan 1 kohe, 2 rumput. Namun belum dipanen masih menunggu fermentasi selama 1 bulan. 

Setelah panen uji coba kedua ini, rencanaya pupuk akan digunakan pada demplot untuk langsung dipraktikkan menanam sayur.  "Ke depannya, jika sudah siap produksi pupuk organik. Tahap awal pemasaran nantinya akan menjangkau internal anggota dan petani sekitar desa Pulau Semambu. Kemudian, jika telah terpenuhi baru melayani pesanan dari luar," tukasnya. 

BACA JUGA:Bermuatan 75 Ton Pupuk Dolomit, Kapal Jukung MS Kirana Karam di Perairan Jalur 19 Diduga Tabrak Tonggak

BACA JUGA:Ini Penyebab Jukung Muatan Pupuk Tenggelam

Diharapkan harganya nanti bisa lebih terjangkau bagi para petani. Sehingga dapat mengatasi mahalnya pupuk kimia. 

Ketua kelompok tani Tunggal Makmur, Agus Warsito mengatakan,  pembuatan pupuk organik diharapkan dapat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk.  ‘’Kami mencacah daun-daunan dan rumput-rumput dari sekitar kebun. kemudian dicampur kotoran kambing, dan diaduk dengan larutan EM4. Kemudian campuran itu didiamkan selama kurang lebih sebulan sambil sesekali di aduk," ungkap Agus Warsito. 

Kategori :