SUMATERAEKSPRES.ID - Pecel, sebuah nama yang sederhana namun menyimpan kekayaan rasa dan warisan sejarah nusantara yang panjang.
Makanan ini adalah simbol dari keberagaman kuliner Indonesia, khususnya dari tanah Jawa.
Dengan komposisi utama sayuran rebus seperti kacang panjang, bayam, dan taoge, pecel tidak hanya menawarkan kenikmatan rasa, tetapi juga nilai gizi yang tinggi.
Sejarah mencatat, pecel telah ada sejak abad ke-9 masehi, menjadikannya salah satu makanan tertua yang masih bertahan hingga kini.
BACA JUGA:10 Manfaat Konsumsi Salad untuk Kesehatan, Nomor 4 Banyak Disukai Kaum Hawa
BACA JUGA:Wow, 3 Makanan Indonesia Masuk Daftar 8 Salad Terbaik Asia Tenggara, Ada Favoritmu?
Berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, pecel telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, baik dalam acara-acara khusus maupun sebagai santapan sehari-hari.
Kunci dari kelezatan pecel terletak pada kuah sambal kacang yang menjadi ciri khasnya.
Sambal ini dibuat dari campuran kacang tanah yang digiling halus, dicampur dengan berbagai bumbu seperti cabai, gula merah, asam jawa, dan terkadang sedikit air matang untuk mengatur kekentalannya.
Kuah ini kemudian disiramkan ke atas sayuran rebus yang telah disiapkan, menciptakan harmoni rasa yang sempurna antara gurih, manis, dan pedas.
BACA JUGA:Mengenal Roti Koing, Kuliner Khas Palembang yang Jadi Primadona di Bulan Ramadan
Pecel sering disajikan dengan nasi putih atau lontong sebagai karbohidrat pendamping, dan kerap kali ditambah dengan peyek kacang atau tempe goreng untuk menambah tekstur renyah dalam setiap suapan.
Tidak hanya itu, pecel juga sering dijadikan sarapan yang praktis dan sehat, karena kandungan sayurannya yang kaya akan serat dan vitamin.
Di era globalisasi ini, pecel tidak hanya terbatas dinikmati oleh masyarakat Jawa atau Indonesia saja.