PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID- Bandara Talang Betutu, atau lebih dikenal oleh generasi sebelumnya sebagai Lapangan Terbang Talang Betutu, memiliki sejarah panjang yang menjadi bagian penting dari perkembangan transportasi udara di Indonesia.
Berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan, bandara ini telah mengalami berbagai perubahan signifikan sebelum menjadi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II yang kita kenal sekarang.
Nama "Talang Betutu" sendiri merujuk pada wilayah dengan kontur tinggi yang tidak terendam air di Palembang.
Generasi yang lahir sebelum 1997 mungkin masih mengenang bandara ini sebagai simbol kemewahan dan pusat aktivitas penting, tempat mendaratnya para pejabat, jenderal, hingga presiden.
BACA JUGA:Pelabuhan 32 Ilir Pebem: Jejak Sejarah dan Simbol Perubahan Ekonomi Palembang yang Terpinggirkan!
BACA JUGA:6 Cara memahami dan mengelola ekspektasi dalam pernikahan, Biar Gak Cemburuan dengan Mertua
Bandara ini resmi berdiri pada 1 Januari 1920 ketika tanahnya dialihkan kepada NV Palembang Maskapai (Palembang MIJ).
Pada saat itu, bandara ini disiapkan untuk mendukung penerbangan perintis oleh Jan Pieterszoon Coen dan timnya dari Eropa ke Hindia Belanda dengan pesawat Fokker mereka.
Tahun 1937, di bawah pemerintahan kolonial Belanda, lapangan terbang ini dikembangkan lebih lanjut untuk keperluan militer.
Selama Perang Dunia II, bandara ini dikuasai oleh militer Jepang setelah mereka menduduki Indonesia pada tahun 1942.
BACA JUGA:6 Cara memahami dan mengelola ekspektasi dalam pernikahan, Biar Gak Cemburuan dengan Mertua
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, lapangan terbang ini kembali dikelola oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai basis militer oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.
Pada 1 Januari 1950, lapangan terbang ini berubah status menjadi lapangan udara sipil dan diberi nama Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, untuk menghormati Sultan Mahmud Badaruddin II, seorang pahlawan nasional yang memimpin Kesultanan Palembang Darussalam dan melawan VOC-Belanda.
Dekade 1960-an menandai periode pengembangan lebih lanjut untuk melayani penerbangan sipil, dengan perbaikan infrastruktur dan penambahan fasilitas.