SUMATERAEKSPRES.ID- DR Fifi Sofiah SpA (K), Konsultan Respirologi Anak di RSUP dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang mengakui imunisasi sebagai upaya mencegah penyakit menular melalui vaksinasi.
“Vaksin merangsang sistem imun membentuk zat antibodi di dalam tubuh sehingga terjadilah imunitas (kekebalan) terhadap penyakit. Antibodi inilah yang melindungi tubuh di masa mendatang,” terang dr Fifi. Dengan begitu imunisasi pada bayi dan anak melindungi tubuh dari serangan dan ancaman bakteri/virus. Para orang tua tak perlu cemas lagi ancaman penyakit menular berbahaya seperti cacar, campak, hepatitis, polio.
“Tanpa penyakit, kualitas tumbuh kembang anak-anak kita menjadi lebih baik dan produktif,” lanjutnya. Perlu pula diketahui, kekebalan tubuh bukan hanya melindungi anak sendiri, juga seluruh masyarakat dengan tidak terinfeksi virus dan tidak menularkan penyakit. Makanya imunisasi ikut membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).
Pemberian vaksin, terang dr Fifi, bisa dilakukan sesuai jadwal imunisasi supaya optimal. Misalnya vaksin Hepatitis B0 diberikan sejak bayi lahir hingga usia 7 hari. “Virus Hepatitis B penyebab utama penyakit hati yang serius,” tegasnya. Meski ia tak menampik, vaksin hepatitis juga berpotensi menyebabkan KIPI. Namun umumnya efek samping jarang terjadi. Jika ada, biasanya berupa demam atau nyeri ringan dan hanya berlangsung 1-2 hari.
BACA JUGA:Biadab! Anak - Perempuan Gaza Rentan Pelecehan
BACA JUGA:Ancelotti Harus Memilih Lunin atau Courtuis
Efek samping ini tergolong normal sebagai bentuk respon tubuh mengenali antigen vaksin untuk pembentukan kekebalan baru. "Jangan panik jika terkena KIPI, lakukan penanganan awal dan segera bawa ke dokter jika tidak teratasi di rumah,” tuturnya. Orang tua harus memahami tujuan imunisasi serta perbandingan risiko efek samping dan bahaya penyakit yang dapat dicegah. Pahami pula jenis-jenis vaksin dan manfaatnya, serta upayakan bayi/anak dalam kondisi sehat sebelum diimunisasi.
Sejak program Imunisasi digulirkan 1956, Pemerintah Indonesia berhasil menangani pesebaran dan KLB (kejadian luar biasa) berbagai penyakit di Tanah Air. Bahkan dua penyakit, cacar dan polio dikategorikan bebas di Indonesia. Makanya tahun 1980 Pemerintah menghentikan imunisasi cacar karena tidak ada lagi kasus penyakit cacar, serta 2014 Indonesia menerima sertifikat bebas polio. Tahun 2016, Indonesia pun dinyatakan berhasil mengeliminasi tetanus.
Dr Rismarini SpA (K), Ahli Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, KSM Kesehatan Anak RSMH Palembang menambahkan polio merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus Polio. Ada tiga macam virus Polio, yaitu strain 1, 2 dan 3. “Penyakit ini menular lewat makanan minuman yang terkontaminasi tinja penderita Polio. Lumrahnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun, bisa juga menyerang anak remaja," jelasnya.
Gejala infeksi Polio paling sering, yaitu demam, lesu mual, muntah, sakit kepala. “Satu dari 200 penderita Polio lumpuh akut dan layu, serta tidak bisa disembuhkan. Kelumpuhan terjadi mendadak dan 5-10 persen penderita mengalami kematian,” ucapnya.
Menurutnya, kasus Polio seperti puncak gunung es sebab biasanya satu kasus, ada 200 kasus Polio tidak bergejala atau bergejala ringan sehingga tidak terdiagnosa. "Kasus tidak terdiagnosa inilah yang ditakutkan menjadi sumber penularan bagi orang-orang sekitar, terutama menyerang anak-anak yang tidak pernah mendapat imunisasi atau anak-anak yang imunisasinya tidak lengkap," sambungnya.
Karena itu pencegahan penyakit sangat penting, misalnya imunisasi Polio untuk mencegah Polio. “Vaksin Polio dapat diberikan kepada bayi usia 2, 3, 4 bulan, diulangi lagi usia 18 bulan dan 5 tahun," jelasnya. Dr Rismarini menyebut dengan program imunisasi rutin, Indonesia dinyatakan bebas Polio tahun 2014, yaitu 10 tahun setelah KLB di Indramayu dengan ratusan anak terjangkit Polio.
Dalam pemberian imunisasi massal, Kemenkes sendiri menjalankan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) setiap Agustus. Imunisasi yang menyasar anak usia sekolah dasar ini untuk meningkatkan perlindungan dari penyakit campak, rubella, difteri, tetanus, dan kanker serviks. "Agustus menjadi bulan imunisasi anak sekolah, pelaksanaannya serentak seluruh Indonesia," terang Kabid P2P Dinas Kesehatan Palembang, Yudi Setiawan.
Di 2023, hasil capaian program imunisasi meliputi IDL 92,5 persen, imunisasi baduta lengkap (IBL) 82,0 persen, imunisasi antigen 67,9 persen dari target (100 persen). Sementara capaian BIAS 87,3 persen dan status Tetanus Toxoid (T2+) pada WUS (wanita usia subur) 68,4 persen. (nni/fad)