Dengan nilai segitu, pendapatan kotor petani kopi mencapai puluhan juta, tepatnya Rp66 juta untuk produksi 1,5 ton, dikurangi biaya pupuk, upah mutil, jemur, giling kopi Rp20-25 juta, berarti pendapatan bersih petani sebesar Rp41 juta per hektar per tahun.
Pembinaan Pusri pun terus berlanjut. Lewat Program Makmur, industri pupuk ini tak hanya membantu di sektor hulu seperti penyediaan pupuk, pendampingan dan pengelolaan budidaya tanaman, sekolah kopi, tapi juga di sektor hilir meliputi penyediaan akses permodalan bagi petani dan perlindungan asuransi pertanian.
“Kami difasilitasi mendapatkan KUR (kredit usaha rakyat) di perbankan. Dulu petani takut minjam uang ke bank, takut asetnya kena sita,” terang Jarman. Sekarang setelah masuk Program Makmur, petani berani kredit misalnya untuk membeli pupuk, apalagi bunga KUR rendah. “Mungkin 70-80 persen petani kita sudah mengambil pinjaman modal ke perbankan,” cetusnya. (fad)