Setelah itu, Pusri resmi memasarkan pupuk NPK Kopi ke petani-petani karena terbukti memacu produktivitas panen bahan pangan lokal yang tinggi konsumsi itu. “Karena sudah ada contoh hasilnya, sekarang tak cuma saya menggunakan pupuk ini, tapi juga petani-petani lain di Dempo Tengah,” ungkap Ketua Kelompok Tani Kampung Salipayak ini.
BACA JUGA:Pembunuh Bos Kopi Selangit Akhirnya Tertangkap, Ini Kata Kasat Reskrim Polres Mura!
BACA JUGA:Owner Kopi Selangit, Pergoki Aksi Perampok, Dalam Rumah, Tewas Kena Tikam
Apalagi di pasaran, hanya Pusri memasarkan pupuk khusus tanaman kopi dengan formulasi spesial. “Memang masih ada petani tidak menabur pupuk pada batang kopinya, mungkin menyesuaikan kemampuan. Tapi saya kira jika petani mengerti betapa pentingnya pupuk NPK Kopi, mereka pasti menggunakannya,” sebutnya.
Pupuk NPK membantu pertumbuhan tanaman berkembang maksimal, mulai dari meningkatkan produksi dan menghijaukan daun, merangsang pembentukan akar baru, bunga, dan buah, memperkuat batang, hingga meningkatkan ketahanan tumbuhan.
Ketika panen, Jansah biasanya petik pelangi dan menjual kopinya dalam bentuk biji kering ke pengepul lokal. Pengepul membawa kopi-kopi petani ke agen-agen besar di Provinsi Lampung. “Dari Lampung kopi Pagaralam diekspor ke buyer berbagai negara, rata-rata ke Asia seperti Jepang dan Timur Tengah,” tuturnya.
Mayoritas kopi petani Pagaralam jenis robusta, tidak ada arabica. Kendati harga kopi arabica lebih mahal, tapi petani kurang suka menanamnya lantaran buahnya tidak banyak pada tiap batang. Selain itu ketinggian perbukitan Pagaralam masih kurang rata-rata 800-1.000 mdpl, sementara kopi arabica lebih cocok ditanam di ketinggian 1.500 mdpl.
“Selain demplot dan menyediakan pupuk NPK Kopi, Pusri turut memberikan pelatihan ke 50 petani kopi di Dempo Tengah ini agar mampu meningkatkan produktivitas panennya secara berkala, menanggulangi penyakit tumbuhan, melakukan pemupukan secara benar, perawatan batang kopi, sambung pucuk memperpanjang usia tanaman, dan sebagainya. Kami betul-betul terbantu dan teredukasi,” pungkasnya.
Selain Jansah, kebermanfaatan penggunaan pupuk non subsidi juga dirasakan para petani kopi robusta di Desa Sinar Jaya, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Ketua Kelompok Tani Kopista, Jarman Toko mengatakan semula para petani mayoritas menggunakan pupuk subsidi NPK Phonska. Tapi belakangan aturan penerima pupuk subsidi dari Pemerintah dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) kian ketat, membuat tak semua petani mendapat pupuk subsidi lagi.
Akhirnya untuk mencukupi kebutuhan pupuk, banyak petani membeli pupuk murah di pasaran yang ternyata palsu. “Banyak pupuk palsu yang dijual agen nakal dan hasilnya tidak ngefek sama sekali ke pertumbuhan tanaman. Petani malah rugi,” bebernya. Akhirnya pihaknya berinisiatif menjalin kerjasama dengan Pusri untuk pembelian dan penyediaan pupuk NPK original bagi petani.
Dari sana pula, Kelompok Tani Kopista yang anggotanya mencapai 50 orang petani itu digandeng dan menjadi binaan PT Pusri Palembang sejak 2021. “Tak hanya menyuplai pupuk NPK, Pusri juga menggelar demplot pada 4 kebun petani kopi masing-masing seluas 1 hektar,” tuturnya. Dalam program ini, petani diberikan bantuan pupuk NPK Kopi Pusri 500 kg per hektar per tahun.
Jarman yang mulai bertani kopi tahun 2019 ini menyebut sewaktu masih menggunakan pupuk subsidi NPK Phonska, hasil panen sebenarnya sudah lumayan. “Produksi petani kita sekitar 2-3 ton per hektar per tahun, tapi memang waktu itu cuacanya bagus sekali dan banyak petani masih mendapat jatah pupuk subsidi,” ujarnya.
Kemudian tahun 2021, Jarman dan beberapa petani dibantu pupuk non subsidi NPK Kopi untuk demplot, ternyata cuaca kurang mendukung. “Produksi kebun demplot NPK Kopi di angka 1,5 ton per hektar, tapi ini masih lebih baik dibanding kebun petani yang memakai pupuk lain, pupuk palsu, atau tanpa pemupukan sama sekali. Imbas cuaca rata-rata cuma dapat 4 kuintal per hektar,” kata Jarman.
Tahun ini pihaknya memulai percobaan kedua, tapi pupuk non subsidi sudah beli sendiri. “Proyeksi kami jika cuacanya bagus seperti tahun 2019-2020, kami yakin produksi kopi tahun depan tembus 3-4 ton per hektar,” imbuhnya. Kendati harga pupuk NPK Kopi lebih mahal dibanding pupuk subsidi, tapi ia mengaku keuntungan penggunaannya jauh lebih besar lantaran produksi kopi menjadi berlipat ganda.
Apalagi penebarannya tidak sebanyak pupuk subsidi yang mencapai 3 kuintal per hektar, NPK Kopi cukup 1,5-2 kuintal per hektar per tahun. “Dulu para petani lumayan berat mentalnya membeli pupuk non subsidi karena alasan harga, sekarang sudah lihat hasilnya mereka merasa wajib pakai NPK Kopi,” sebutnya.
Sementara setiap kali panen kelompok taninya menjual kopi dalam bentuk green bean yang sudah kualitas ekspor. Mereka tak menjual ke pengepul, tapi langsung ke industri kopi di Teluk Betung, Bandar Lampung. “Kalau di sini harga kopi asalan (petik campur) itu Rp36 ribu per kg, sementara green bean Rp40 ribu per kg. Karena kami jual langsung ke pabrik harganya Rp44 ribu per kg, lumayan Rp4 ribu-nya bisa untuk beli pupuk non subsidi,” tegasnya.