Ada Apa dengan Musibah Yang Datang Silih Berganti

Kamis 23 Feb 2023 - 20:14 WIB
Oleh: Edi Purnomo

Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun, (6/2) lalu, jantung kita kembali terhenyak dengan kabar Turki dan Suriah dilanda gempa dahsyat berkekuatan 7,8 magnitudo dan terdeteksi korban mencapai 21.000 jiwa, 17.674 korban di Turki dan 3.377 di Suriah.

Padahal duka kita sebagai anak bangsa belum hilang karena saudara kita di Cianjur pun dilanda gempa dan membawa korban yang tidak sedikit. Bahkan kita mendengar di Jayapura Papua terjadi gempa berkekuatan 5,4 magnitudo dan membawa 4 orang korban tewas.

Kita hanya mampu mengucapkan Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun atas berbagai musibah yang terjadi baik di negara kita maupun di negara lain di dunia ini. Semoga mereka yang menjadi korban nyawa mendapat predikat kematian syahid dan keluarga-keluarga yang tersisa dan terselamatkan mendapat anugerah kesabaran dan ketawakalan dari Allah Swt.

Jika dilihat mengunakan teknologi keilmuan sains modern dan dikolaborasikan dengan pemahaman keagamaan, maka bencana alam tersebut suatu fenomena alam yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan ekosistem yang ada di bumi ini, baik itu diakibatkan alam ataupun yang diakibatkan perilaku manusia.

Akan tetapi jika melihat menggunakan kacamata keimanan, maka musibah tersebut merupakan suatu teguran Allah swt timpakan atas kelalaian, dosa dan maksiat yang mungkin saja sering dilakukan selama ini. Yakinlah perihal itu semua, musibah-musibah yang sering terjadi merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah Swt.

Takdir yang harus kita imani dan tawakkal yang harus kita lakukan di dalam menghadapi musibah terdapat (QS at-Taubah:51). Ada tiga pelajaran penting yang dapat diambil dari musibah-musibah tersebut. Yang pertama adalah dengan adanya musibah tersebut, Allah sedang menguji kualitas iman hamba-hamba-Nya. (QS Al-Ankabut: 2-3).

BACA JUGA : Ada Apa dengan Musibah Yang Datang Silih Berganti Dalam musibah ada pelajaran tentang keimanan yang dapat kita ambil. Bukankah dengan musibah tersebut jadi mengetahui kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki kekutatan sedikitpun, kecuali hanya dari Allah semata. Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya. Dalam memberikan ujian kepada hamba-Nya,

Allah selalu mempertimbangkan kadar iman yang ada pada hamba tersebut. Semakin baik imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan perlu dipahami pula, Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allah tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat. Dan sebaliknya, Allah tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan. (QS Al-Baqarah: 286).

Kemudian kedua, adalah Allah sedang menguji kesabaran kita. (QS al-Baqarah ayat 155-156). Allah menimpakan musibah untuk untuk melatih kesabaran kita.  Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas Al-Haq kecuali dengan kesabaran dalam mentaati Allah, dan kita tidak akan mampu menjauhi kebatilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan kenikmatan.

Allah mengaruniakan sifat sabar kepada manusia, tetapi tidak kepada makhluk-makhluk yang lain. Karena manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai merusak atau merugikan orang lain. Sedangkan hewan hanya diperlengkapi dengan hawa nafsu saja, tanpa mempunyai akal. Karena itu ia tidak mampu bersikap sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki hawa nafsu, itulah kelebihan manusia apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Sebagaimana firman Allah tersebut di atas, orang yang sabar akan mendapatkan kabar gembira dari Allah. Maksudnya adalah mereka akan mendapatkan pahala yang tak terhingga karena kesabarannya tersebut. Akan tetapi, pahala ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan pada saat tertimpa musibah.

Kemudian yang ketiga, adalah Allah ingin menguji sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Rasulullah Saw. Kita dapat memberikan pertolongan kepada saudara kita yang terkena musibah baik berupa harta atau tenaga. Atau jika tidak bisa keduanya, kita dapat mendoakan mereka agar senantiasa diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian musibah tersebut.

Dengan terjadinya berbagai musibah yang bertubi-tubi ini, hendaknya kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt agar kita dihindarkan dari musibah dan dicurahkan rahmat dari Allah, (QS al-A’raf :96). Musibah itu mengecil jika dirahasiakan, membesar jika dikeluhkesahkan, terurai jika diadukan kepada Allah, merumit jikadiumbar kepada manusia.

Sebab itu ambilah hikmahnya. Jadikan musibah membuat kita makin dewasa dalam diri, makin menanjak dan tinggi pada tingkatan derajat dan semakin mulia di sisi Tuhan. Hadapilah nikmat dengan syukur dan terimalah musibah dengan rasa sabar. Jika kebahagiaan membuat kamu tersenyum, maka jadikanlah musibah membuat kamu menangis agar bisa tersenyum dengan lebih lebar di kemudian hari. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait