PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Kesultanan Palembang Darussalam memiliki koleksi kuno yaitu sebuah jubah milik Sultan Mahmud Badaruddin II. Jubah kebesaran tersebut kini di simpan oleh Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja SH MKn.
Jubah kebesaran yang sering digunakan SMB II panjangnya diperkirakan 1,5 meter, warna kuning oranye, motif bunga, berlengan panjang ada sedikit koyak di leher kanan, kini menjadi salah satu koleksi kuno yang dimiliki Kesultanan Palembang Darussalam.
“Jubah ini milik SMB II, jadi kita perlihatkan bahwa SMB II memiliki motif baju yang berbeda dan cukup indah pada masanya. Bisa dijadikan salah satu contoh atau salah satu warisan budaya yang kita miliki dari Kesultanan Palembang Darussalam,” katanya, kepada wartawan. Umur jubah tersebut menurut SMB IV diperkirakan antara 200 sampai 300 tahun.
Seperti apa ceritanya sehingga jubah ini bisa sampai di Kesultanan Palembang Darussalam? Dijelaskan SMB IV hanya mendapatkan warisan dari orangtuanya. “Kalau dari motifnya jubah itu adalah jubah pada acara-acara tertentu, sebab kalau jubah itu tidak setiap hari dipakai Sultan, “ katanya.
BACA JUGA:Terjadi Peningkatan 12% Penumpang di Bandara SMB II Palembang Saat Arus Mudik Lebaran 2024
BACA JUGA:Melestarikan Tradisi Solat Tarawih 23 Rakaat di Masjid Agung SMB 1 Jayo Wikromo Palembang
Demikian, SMB IV mengaku kalau jubah milik SMB IV ini belum ada kajian akademiknya. “Belum ada kajian, nanti akan kita kaji fungsinya seperti apa,” katanya. Sedikit mengulas Sejarah, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB ) II pada (23 November 1767-26 September 1852) Sultan Palembang berkuasa dari 12 April 1804; sepuluh hari setelah Ayahnya wafat, hingga diasingkan Belanda pada 1 Juli 1821. Nama lahirnya sebelum berkuasa adalah Raden Muhammad Hasan Pangeran Ratu.
Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut Perang Menteng. Pada tangga 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga diasingkan ke Batavia lalu 1822 ke Ternate.
Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan mata uang rupiah pecahan 10.000-an yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2005. (iol/lia)