SUMATERAEKSPRES.ID - Sang bangau punya kaki dan leher yang panjang. Sayapnya kuat dan lebar sehingga ia mampu terbang tinggi dan jauh. Makanan kesukaannya adalah kodok. Selain itu ia suka belalang, ulat, dan bekicot. Sang bangau bersahabat dengan kera.
Sang bangau sering membantu mencari kutu sang kera. Jika bepergian jauh, sang bangau biasanya menerbangkan sang kera. Akan tetapi, sang kera yang licik dan khianat selalu ingin enaknya saja.
Pernah sang kera minta tolong sang bangau untuk menangkap ikan di sebuah kolam. Sementara sang bangau bekerja, sang kera makan sampai kenyang. Setelah selesai, sang bangau hanya mendapat bagian sedikit, karena sebagian telah disembunyikan terlebih dulu oleh sang kera.
Atas perlakuan yang demikian, sang bangau sudah tentu sakit hati. Namun tidak sampai memutuskan hubungan. Mereka tampak rukun-rukun saja. Sampai pada suatu hari sang kera ingin menipu sang bangau lagi. Sang kera ingin pergi ke Pulau Medang yang terkenal buah sawonya.
BACA JUGA:10 Manfaat Membacakan Cerita Dongeng Kepada Anak, Ceritain Yuk!
BACA JUGA:Dul Kancil: Kolaborasi Teater Bangsawan dan Modern Menyelaraskan Dongeng
Pada saat kelaparan melanda, diajaklah sang bangau pergi ke Pulau Medang. Sang kera bercerita bahwa di Pulau Medang pasti terdapat kodok yang banyak, karena pulau itu tidak berpenghuni. Tanpa curiga sedikit pun, sang bangau tidak menolak tawaran sang kera.
Keduanya berangkat dengan penuh harapan memperoleh kehidupan yang layak di pulau seberang. “Bangau sahabatku,” kata sang kera. “Sesampai di Medang nanti saya akan membuat perahu dari tanah liat”. “Apakah kera sekarang sudah begitu pandai sehingga bisa membikin perahu?” tanya sang bangau dengan nada tak percaya.
Sang kera menyuruh sang bangau terbang lebih cepat. Namun, apa daya. Sang bangau kecapaian, tidak mampu terbang lebih cepat lagi. Apalagi sang kera terus-menerus mengajak bercakap-cakap sambil duduk enak di atas punggung sang bangau. Dengan sisa tenaga yang ada, akhirnya mereka sampai ke Pulau Medang.
Dengan napas terengah-engah sang bangau mendarat dengan selamat. Sementara sang bangau masih kelelahan setelah terbang dengan beban tubuh sang kera yang berat. Sang kera sudah berada di atas pohon sawo. Mulutnya mengunyah buah-buah sawo yang masak tanpa berhenti dan tertidur kekenyangan.
Kodok yang diperkirakan melimpah ruah tidak ada seekor pun. Terpaksa sang bangau hanya berbaring melepaskan lelah. Sesekal, ia menangkap kepiting kecil yang lewat di dekatnya. Namun, karena sang bangau tidak biasa makan kepiting, perutnya terasa agak mual.
BACA JUGA:Dongeng Tak Hanya Mengedukasi, Tapi Bisa Menjadi Literasi
BACA JUGA:Dongeng Sang Bangau dan Sang Kera
Setelah sang kera bangun, berkatalah sang bangau, “Sang kera, Anda telah kenyang di sini. Makanan berlimpah. Kodok dan belalang yang Anda janjikan tidak ada di sini. Oleh karena itu, saya tidak mungkin tingggal di sini. Saya akan kembali ke kampung halamanku.
“Engkau bisa hidup tujuh turunan disini, besok saya akan pulang. Saya akan menceriterakan kepada warga kera tentang hutan sawo mu,”ucap Bangau. “Kalau begitu baiklah. Mari terbangkan saya pulang ke kampung bersamamu,” ujar sang kera.