PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Di tengah gempuran teknologi yang semakin meluas, tradisi rumpak-rumpakan atau yang lebih dikenal dengan sanjo, tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Palembang meskipun semakin langka.
Meskipun hanya sebagian kecil masyarakat yang masih mempertahankan tradisi ini, namun semangat untuk menjaga warisan budaya tersebut tetap berkobar.
Tradisi ini umumnya dijaga oleh masyarakat asli Palembang, terutama di daerah Seberang Ulu, Tangga Buntung, dan beberapa daerah lainnya.
Dalam upaya untuk melestarikan tradisi turun-temurun ini, jemaah Subuh Masjid Agung SMB Jayo Wikramo Palembang rutin mengadakan kegiatan rumpak-rumpakan.
BACA JUGA:Ditinggal Pergi ke Pasar, 1 Rumah Nyaris Ludes Terbakar, Begini Kejadiannya!
Kegiatan ini dilakukan dengan cara berkeliling mengunjungi rumah-rumah tetangga di suatu kampung sambil membawa tabuhan rebana dan mengumandangkan selawat setelah shalat Subuh.
Sabtu 13 April 2024, jemaah Masjid Agung SMB Jayo Wikramo berkumpul di kediaman Ketua Pemuda Masjid tersebut, Dr. dr. H. Mgs M. Hakim. M.Kes, yang terletak di komplek Grand Garden Celentang, Palembang.
Acara rumpak-rumpakan, yang telah berlangsung selama 6 tahun terakhir di Masjid Agung SMB Jayo Wikramo, diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari pembacaan selawat hingga membaca Yasin, yang kemudian diakhiri dengan makan siang bersama.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Imam Besar Masjid Agung SMB Jayo Wikramo, Al Ustaz Tarmidzi Muhaimin, serta Habib Umar Abdul Aziz dan Habib Ahmad Al Habsy.
BACA JUGA:Siapkan Dirimu! Beasiswa PDP NTU Tahap 2 Mulai Buka Juni 2024, Cek Syaratnya Di Sini!
Mereka tidak hanya melakukan bincang-bincang santai, tetapi juga merujuk pandangan Islam yang menganggap silaturahmi sebagai hal yang wajib.
Menurut Ustaz Tarmidzi, dalam Alquran disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang terhina kecuali mereka yang menyambung silaturahmi dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Belum lagi, beberapa hadis juga mengatakan bahwa menyambung silaturahmi memiliki manfaat.