PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Target produksi batu bara Sumsel tahun ini mencapai 110 juta ton, lebih tinggi dari produksi tahun sebelumnya. Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Hendriansyah mengatakan target produksi batu bara meningkat dari sebelumnya sebanyak 103 juta ton naik menjadi 110 juta ton.
“Kami optimis target ini bisa tercapai sebab pada tahun 2023, produksi batu bara mencapai 103 juta ton. Itu merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah Sumsel. Pada tahun 2022, produksi batu bara masih berada di kisaran 90 juta ton," ungkap, kemarin (31/3).
Menurutnya, target produksi di atas 100 juta ton ini juga terkait kontrak dan pembangunan IPP (Independent Power Producer) Power Plan Sumsel 8 dan Sumbagsel 1 di Baturaja, Kabupaten OKU. "Hal itu yang membuat produksi batu bara harus di atas 100 juta ton karena kebutuhannya sangat tinggi," imbuhnya.
Selain itu, kata dia, untuk pasar ekspor yang jumlahnya kisaran 30 persen. Pada tahun lalu, nilai ekspor batu bara mencapai US$3.381 juta. "Dalam produksi tahun lalu, eksplorasi yang dilakukan PTBA kisaran 50 persen. Sisanya hasil eksplorasi dari perusahaan lain seperti PT BAU, PT MAS, dan sebagainya," ungkap dia.
BACA JUGA:Garap 24 LP Tambang-Batu Bara Ilegal
Secara wilayah, ia menyebut yang terbanyak ada di Lahat, Muara Enim, Muratara dan Muba. Soal jumlah cadangan batu bara, Hendriansyah mengaku Sumsel memiliki sekitar 8,54 miliar yang belum dieksplorasi. "Angka itu merupakan 33,07 persen dari jumlah cadangan batu bara nasional yang mencapai 25,82 miliar ton," tutupnya.
Di sisi lain, sektor pertambangan perlu diperkuat mengingat menjadi penopang perekonomian di Provinsi Sumsel. Hal itu terungkap saat Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Sumatera Selatan (Sumsel) pada tema “Strategi dan Tantangan Memperkuat Potensi Pertambangan Sumsel sebagai Lumbung Energi Nasional”, akhir pekan lalu.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel (BI Sumsel), Ricky P mengatakan perkembangan ekonomi Sumsel masih tumbuh kuat, misalnya pada triwulan IV 2023 lalu sebesar 4,94 persen (yoy), lebih baik dari Sumatera dan nasional.
Ricky melihat isu transisi energi pasca ditandatanganinya Paris Agreement pada 2015 cukup berisiko kepada perekonomian Provinsi Sumsel. Hal ini mengingat LU pertambangan dan penggalian memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian Sumsel. "Karenanya BI Sumsel mengangkat topik ini guna memperkuat upaya dan sinergi para pemangku kepentingan dalam pengembangan sektor pertambangan Sumsel ke depan," ucap dia.
Ia menambahkan sektor pertambangan berkontribusi sekitar 26,6 persen terhadap ekonomi Sumsel tahun 2023 dengan komoditas batu bara menjadi sub-sektor pertambangan terbesar. “Pencapaian Net Zero Emission di tingkat global maupun di Indonesia akan memiliki dampak terhadap lanskap penggunaan energi, dimana penggunaan batu bara diprediksi akan menurun ke depan. Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah penghasil batu bara harus dapat mempersiapkan diri terhadap peluang-peluang baru,” jelas dia.
BACA JUGA:Garap 24 LP Tambang-Batu Bara Ilegal, Polres Muara Enim Proses sejak 2023-2024
Ricky mengatakan tren perkembangan energi terbarukan ke depan berpotensi mendorong permintaan energi yang pesat, sehingga Sumsel sebagai daerah penghasil diharapkan dapat memprhatikan tren tersebut. Dikatakan, dalam implementasi pengelolaan energi daerah khususnya di Sumsel, beberapa strategi perlu dilakukan di antaranya mendorong penggunaan transportasi massal yang menggunakan energi listrik seperti LRT.
Kemudian melakukan sosialisasi, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan konservasi energi ke perusahaan/industri secara bertahap, mendorong pihak swasta untuk ikut serta mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan maupun untuk CSR, serta melakukan kajian potensi EBT.