SUMATERAEKSPRES.ID - Kain gebeng dikenal sebagai kain dalam bentuk sarung. Karena sejak dulu, banyak masyarakat melayu khususnya di Ogan Ilir yang gemar memakai kain gebeng sebagai sarung.
KAIN gebeng sudah menjadi salah satu kerajinan tenun khas kabupaten Ogan Ilir sejak dulu kala. Oleh karenanya, Kain gabeng ini telah di patenkan Pemkab Ogan Ilir melalui Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Kemenkumham.
BACA JUGA:4 Tips Perawatan Khusus untuk Kain Satin Mewah yang Elegan
Sentra kerajinan kain gebeng utamanya dikerjakan masyarakat Desa Limbang Jaya dan Desa Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung Batu kabupaten Ogan Ilir.
Beberapa jenis kain gebeng yang jadi primadona yakni, serampang 12, pucuk rebung, mato pirik, dan tujuh motif.
Zainabun, pengrajin kain Gebeng di Desa Limbang Jaya mengatakan, kain gebeng ini usaha tradisional yang diwariskan turun-temurun dari orang tua dan kakek-nenek. ''Saya sendiri sudah 43 tahun menggeluti usaha kain Gebeng,'' ujarnya/
Pengrajin kain gebeng tidak sebanyak kain songket yang lebih tenar dan dikenal luas. Regenerasi pengrajin kain tradisional ini menjadi suatu kendala. Tidak banyak generasi muda yang berminat menjadi penerus dan belajar untuk menenun kain gebeng.
Ada tiga unit alat tenun bukan mesin (ATBM) miliknya yang mampu menenun hingga 20 lembar kain gebeng dalam sebulan. Selembar kain gebeng dihargai di kisaran Rp 500 ribu keatas. Tergantung motif, bahan dan lama pengerjaan.
Proses tenun yang masih tradisional membuat kualitasnya lebih baik dan harganya cukup tinggi. Sehingga harus bersaing dengan jenis sarung lain di pasaran.
"Kami memakai pewarna alami seperti dari rendaman daun pandan, mengkudu, manggis dan kunyit. Permainan warna ini yang kami kedepankan. Karena mengikuti permintaan konsumen juga," tukasnya.
Tidak hanya pasar lokal, biasanya kain gebeng tersebut juga dipasarkan ke kota Palembang, Jambi, Lampung, Bengkulu dan daerah lainnya di luar Sumatera.
Instruktur pelatihan kain gebeng disperindagkop UKM Ogan Ilir, Padila menambahkan kini pengrajin dan pengusaha kain gebeng tidak banyak lagi.
"Kalau 2021 lalu ada 8 orang yang terdata sebagai pengusaha kain gebeng. Namun, beberapa sudah meninggal dan sakit, jadi untuk sekarang ada sekitar 4 orang pengusaha kerajinan kain gebeng di Ogan Ilir," ujarnya.
Oleh karena itu, diadakan pelatihan membuat kain gebeng untuk meregenerasi penerus pengrajin. "Ada sekitar 35 orang yang beberapa waktu lalu mengikuti pelatihan membuat kain gebeng ini," ungkapnya.