PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID- Retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes mellitus.
"Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu lama yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina (mata) sehingga mengganggu penglihatan bahkan menyebabkan kebutaan,"kata Dr. Dr. Ramzi Amin, Sp. M (K), Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin RSMH) Palembang, Senin, 12 Februari 2024
Katanya, Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada kelompok dewasa usia produktif. "Retinopati diabetik menyerang individu yang menderita diabetes mellitus, baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum melalui pemeriksaan medis,"jelasnya.
Lebih jauh dijelaskan, terdapat berbagai faktor yang dapat menjadi penyebab retinopati diabetik. Faktor risiko retinopati dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. "Faktor yang tidak dapat dimodifikasi melibatkan usia dan kehamilan, sementara faktor yang dapat dimodifikasi melibatkan riwayat diabetes mellitus, kelebihan berat badan, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan kebiasaan merokok,"jelasnya.
BACA JUGA:Heboh, Telur Dadar Disebut Bisa Sebabkan Diabetes dan Kanker, Ini Penjelasan Ahli
BACA JUGA:7 Makanan Anti-Lemas yang Wajib Diketahui oleh Penderita Diabetes
Lanjutnya, selain itu, terdapat faktor lain seperti reaksi inflamasi, pengaruh hormon, dan faktor genetik dalam keluarga yang juga dapat berkontribusi terhadap risiko retinopati diabetik. Menurut — American — Academy of Ophthalmology (AAO), 93 juta orang secara global terkena retinopati diabetik.
Prevalensi retinopati diabetik adalah 77,3 persen pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan 25,1 persen pada diabetes tipe 2. Gejala retinopati diabetik biasanya tidak ditemukan pada tahap awal. Namun, jika tidak tertangani dan memburuk, gejala akan muncul yaitu penglihatan kabur, bintik hitam yang melayang-layang, dan kesulitan melihat pada malam hari.
"Pentingnya menjalani pemeriksaan mata secara berkala minimal 3 bulan sekali untuk mengidentifikasi potensi risiko dan perkembangan retinopati diabetik,"ujarnya seraya mengatakan, tes penglihatan, seperti uji visus, dapat digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana retinopati diabetik mempengaruhi kemampuan penglihatan.
Optimalisasi pemeriksaan kadar gula darah dan perubahan gaya hidup merupakan elemen kunci dalam pengobatan retinopati diabetik. "Faktor risiko yang dapat dimodifikasi perlu dijaga melalui pola makan sehat, menghindari konsumsi makanan tinggi gula dan garam, berolahraga, menghindari merokok, dan menjalani kontrol secara teratur ke dokter,"urainya.
Jika kondisi sudah mencapai tingkat keparahan, segera berkonsultasi dengan dokter. Dalam kasus lanjut, mungkin membutuhkan tindakan lebih lanjut oleh dokter spesialis mata berupa tindakan laser dan lainnya.
"Prognosis atau kemungkinan kesembuhan pasien tergantung pada jenis diabetes yang diderita, pengendalian kadar gula darah, kondisi penyakit lain (komorbiditas), dan sejauh mana pasien mematuhi pengobatan yang direkomendasikan,"pungkasnya. (nni/lia)