Berdasarkan tren saat ini, jumlah total sampah plastik yang dihasilkan umat manusia antara tahun 1950an dan 2050 diperkirakan berjumlah 26 miliar metrik ton.
Dewasa ini, kepedulian menentukan dampak plastik terhadap sistem operasi, ekosistem, dan kesehatan bumi sangatlah penting.
Terdapat dua jenis mikroplastik: mikro primer yang diproduksi langsung untuk produk tertentu yang dipakai manusia (seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian).
Serta mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan. Kedua jenis mikroplastik ini dapat bertahan di lingkungan dalam waktu yang lama
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa partikel mikroplastik, partikel berukuran kurang dari 5 milimeter berukuran sangat kecil, tidak saja ditemukan di perairan terpencil seperti Arktik dan Antartika, namun juga ditermukan di tanah, tempat tumbuhnya sayuran dan buah-buahan.
Mikroplastik juga ditemukan di organ dalam satwa liar, termasuk manusia.
Para ilmuwan bahkan telah mendeteksi adanya plastik dalam darah, otak, dan plasenta manusia.
BACA JUGA:Mitos Menanam Anggur di Depan Rumah Bisa Sebabkan Kebangkrutan bagi Pemilik Rumah, Apa Iya?
BACA JUGA:Ternyata Asalnya dari Laut, Begini Sejarah Penemu Ikan Mujair Asal Blitar
Lebih jauh, semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mikroplastik dapat terbawa ke atmosfer oleh angin dan buliran air laut, lalu jatuh dari langit dalam bentuk hujan.
Para peneliti berpendapat bahwa beberapa awan mengandung lebih banyak mikroplastik dibandingkan awan lainnya, khususnya awan yang terbentuk di atas lautan.
Dalam sudut pandang peneliti, mikroplastik di atmosfer tidak akan berdampak secara keseluruhan terhadap iklim dari emisi gas rumah kaca.
Namun, dalam beberapa kasus, nano dan mikroplastik dapat berdampak pada pembentukan awan dimana terdapat lebih sedikit aerosol di atmosfer, yang dapat mempengaruhi radiasi yang dipantulkan.