PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Produsen beras di ritel modern dikabarkan sempat meminta relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium.
Pasalnya harga beras premium di pasar tradisional tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan di pasar modern.
BACA JUGA:HARGA NAIK: Harga beras di Pasar Kayuagung kembali diperkirakan naik setelah pemilu.
BACA JUGA:Harga Beras Tembus Rp16 ribu, Berharap Bisa Turun Pasca Pemilu
Diketahui, HET beras premium di ritel modern tercatat sebesar Rp13.900 per kilogram. Sedangkan di pasar tradisional harga beras premium sudah mencapai Rp 18.500 per kilogram.
Meski ada permintaan, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency memastikan bahwa HET beras premium tidak akan diubah dalam waktu dekat.
Rencananya, HET beras premium baru akan didiskusikan ulang pada saat RI memasuki panen raya, yakni Maret mendatang.
"Setelah panen raya kita duduk lagi. Kenapa? karena kalau sekarang (HET diubah) enggak tepat.
Apa-apa yang diambil keputusannya dalam kondisi tidak seimbang, karena (stok beras) ini banyak impornya sekarang," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, kemarin.
Dia menjelaskan, alasan HET beras premium tidak bisa diubah dalam waktu dekat.
Menurutnya, permasalahan yang dialami saat ini bukan perihal market price atau harga di konsumen, tetapi ada di production cost atau biaya produksi.
Sehingga, menurut Arief, HET yang diubah tidak akan menjadi solusi. Justru jika hal itu dilakukan, bakal berdampak ke persoalan lainnya.
"Sekarang masalahnya HET itu dari production cost, bukan dari market price.
Kalau sekarang saya tanya, fokusnya di HET-nya atau di produksinya? Kalau produksinya, harus kita benerin jangan HET-nya yang diubah, karena impact-nya nanti kemana-mana," jelas Arief.
"Begitu HET diubah, nanti kan barangnya (beras premium) enggak ada dari produk lokal.