PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID – Bagi beberapa orang mungkin berasa bak disambar petir di siang bolong, ketika didiagnosis positif tuberculosis (TBC).
Antara rasa sedih, takut, bingung, kecewa, badan gemetar, semua bercampur aduk. Tidak tahu harus bagaimana, hidup masih panjang atau sebentar lagi.
TBC disebut juga TB, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Tidak kenal umur dan golongan, siapapun rentan terkena penyakit ini.
Infeksi TB sebagian besar bersifat tanpa gejala dan laten (sering disebut TB laten). Namun, satu dari sepuluh kasus infeksi laten berkembang menjadi penyakit aktif (TB aktif).
BACA JUGA:Waspadai 6 Tanda Penyakit TBC Anak, Yuk Cek Dari Sekarang
BACA JUGA:Warga Binaan Rutan Screening TBC
Bila tuberkulosis tidak diobati, maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Sebelum ditemukannya antibiotik yang ampuh untuk menangani TB (sekitar tahun 1900 awal) diperkirakan 1 dari 7 orang di dunia meninggal karena penyakit ini.
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah pada sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun.
Dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.
BACA JUGA:Inovasi Aster Puskesmas OPI Deteksi Dini TBC
BACA JUGA:Anak yang Alami Stunting, Rentan Kena TBC, Benarkah?
Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui rontgen dada) serta pemeriksaan fisik dan dilakukan kultur mikrobiologis.
Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah (IGRA).
Pengobatan TB aktif memerlukan pemberian beberapa antibiotik secara teratur dalam jangka waktu 6 sampai 12 bulan.