Meskipun daya tampung candi mencapai ratusan ribu, pembatasan tersebut bertujuan untuk mempertahankan kekhusyukan perayaan.
Chandra Husin, Ketua Majelis Rohaniawan Tridharma Indonesia (Martrisia) Komda Sumsel, menekankan bahwa Candi Borobudur adalah bukti nyata dan tanda peradaban Agama Buddha Indonesia yang pernah berjaya.
Sebagai pusat peradaban agama Buddha yang masih ada, Candi Borobudur memiliki nilai sakral yang tidak dapat diabaikan.
"Bedanya dengan negara-negara lain yang menjadi pusat peradaban agama Buddha, Indonesia memiliki bukti dan peradaban yang masih ada hingga saat ini."
"Kita memiliki Candi Borobudur yang merupakan tanda kejayaan peradaban Agama Buddha Indonesia," ujar Chandra.
Dengan demikian, Candi Borobudur tidak hanya menjadi pusat perayaan Waisak, melainkan juga warisan berharga yang membawa dampak positif bagi pariwisata dan ekonomi di sekitarnya.