Beberapa mikroba (bakteri dan jamur) yang biasanya dijadikan sebagai bahan aktif antara lain, mikoriza, bakteri penambat nitrogen, dan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF).
BACA JUGA:Daya Beli Masyarakat Cenderung Turun, 2 kg Karet Hanya Dapat 1 kg Beras
BACA JUGA:Harga Karet Anjlok, Petani di Lahat Ramai-Ramai Beralih Tanam Ini!
Dalam pengaplikasiannya, pemupukan akan lebih optimal jika sifat pupuk yang digunakan dapat menambah atau melengkapi ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pemupukan adalah jenis pupuk, dosis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, serta cara pemupukan dan pengendalian gulma yang benar.
Ada dua jenis pemupukan yang biasa dilakukan pada tanaman karet. Pertama yaitu pemupukan melalui tanah. Jenis ini secara umum menggunakan pupuk dalam bentuk butiran, tablet, maupun larutan dan dapat diaplikasikan dengan cara yang bervariasi.
Mulai dari ditabur langsung di atas permukaan tanah pada bagian bawah tajuk tanaman setelah tanah dicangkul ringan, membenamkan pupuk pada beberapa tempat di sekitar tanaman, hingga membenamkan pupuk di dalam parit dangkal yang ada di sepanjang barisan tanaman.
BACA JUGA:Petani Karet Keluhkan Mahalnya Pupuk, Produksi Karet Turun
BACA JUGA:Mencari Solusi soal Karet
Sementara itu, jenis yang kedua adalah pemupukan daun. Pemupukan ini dilakukan melalui daun dan seringkali dilakukan pada saat fase pembibitan.
Caranya dengan menyemprotkan pupuk cair langsung ke bagian daun tanaman karet yang masih muda. Itu dia sedikit tips meningkatkan produktivitas tanaman karet dengan pemupukan yang tepat.
Secara umum, produksi karet di sumsel masih rendah. Saat ini Sumsel memiliki sekitar 3 juta hektar perkebunan karet dengan ekspor produksi karet dominan ke negara Amerika dan Jepang.
"Namun Sumsel belum mampu memproduksi karet 1 juta ton. Kondisi inilah yang mempengaruhi pendapatan petani karet masih rendah," beber Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K Eddy.
BACA JUGA:Kemarau, Produksi Karet di OKU Timur Menurun hingga 50 persen
BACA JUGA:Cuaca Panas Tekan Produksi Karet
Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan South Sumatra Economic Outlock 2024, Selasa, 19 Desember 2023 lalu.
"Produktivitas karet di Sumsel rendah karena kualitas getah turun 30-40 persen akibat kurangnya pupuk dan pemerintah tidak memberikan pupuk subsidi untuk komoditi karet," jelas Alex.
Berdasarkan data yang diterima Gapkindo Sumsel, produksi karet baru 1,7 ton per tahun pada akhir 2023 lalu. Itu sudah seluruh hasil produksi dari perkebunan di Sumsel. Pencapaian produksi karet masih rendah hal ini dipengaruhi banyaknya penyakit pohon tua.
Gapkindo Sumsel masih mencari solusi terbaik untuk menjawab tantangan produktivitas dan kualitas karet soal teknik peremajaan optimal dengan memberikan pupuk yang baik untuk mengatasi penyakit daun hingga ke akar.
BACA JUGA:Dorong Investasi Hilirisasi Karet
BACA JUGA:Dorong Aspal Karet Proyek Nasional
"Masalahnya pupuk di tingkat petani, mereka sulit mencari pupuk yang bagus. Selain pengaruh kelangkaan pupuk dan harga pupuk yang cukup mahal," tuturnya.
Gapkindo Sumsel berharap pemerintah bisa membuat kebijakan khusus terhadap ketersediaan pupuk bersubsidi agar peremajaan komoditas karet maksimal dan dapat mendorong komoditas karet masuk dalam komoditi strategis subsidi.
"Kita terus melakukan sosialisasi pengadaan pupuk. Harapannya supaya penyakit daun bisa diatasi. Selama ini masalah penyakit tidak diatasi sampai akar," tandas Alex.(ebi/*)