Petani Karet Keluhkan Mahalnya Pupuk, Produksi Karet Turun
KARET: Produksi petani karet di Kabupaten OKU mengalami penurunan akibat mahalnya harga pupuk. -FOTO: BERI/SUMEKS-
BATURAJA, SUMATERAEKSPRES.ID - Pascakemarau, produksi karet kebun rakyat mengalami penurunan. Dibanding kondisi normal saat musim penghujan, produksi karet turun sampai 50 persen.
"Kalau produksi getah karet turun," kata Untung, petani karet di Kecamatan Lubuk Raja, kemarin (28/11). Meski produksi karet turun, sebutnya, untuk harga karet di wilayah Lubuk Raja sedikit mengalami kenaikan.
Disebut Untung, harga getah karet dua mingguan saat ini sekitar Rp10.200/kg. Naik dari sebelumnya Rp9.500/kg. Harga tersebut juga pernah hanya Rp8.000/kg.
Meski ada kenaikan harga getah karet, lanjutnya, masih tidak sesuai dengan harga beras. Karena harga beras saat ini mencapai Rp13.000-14.000/kg.
Dikatakan Untung, petani karet juga mengeluhkan mahalnya harga pupuk. Karena sejak kebijakan pemerintah tidak lagi memberikan subsidi untuk petani karet maka petani karet terpaksa membeli pupuk non subsidi.
Harga pupuk non subsidi ini harganya jauh lebih mahal dari harga pupuk subsidi. "Kita terpaksa hanya memberikan pupuk sekali dalam setahun karena mahalnya harga pupuk non subsidi," ujarnya.
Kasi Perkebunan Dinas Pertanian OKU Rusdi Ariyansah ketika dikonfirmasi membenarkan dampak kemarau sebelumnya menyebabkan produksi karet petani menurun. Disebutnya, hasil produksi karet saat ini menurun sebanyak 50 persen. Sedangkan untuk produksi kebun sawit menurun sebanyak 20 persen. (bis)