SUMATERAEKSPRES.ID - Kesenian Barongsai telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek.
Tarian yang memukau ini seringkali memeriahkan berbagai kegiatan dalam rangkaian perayaan Imlek, menjadi lambang keberanian, kekuatan, kebijaksanaan, dan keunggulan.
Dibalik gemerlapnya tarian ini, Barongsai memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga ribuan tahun lalu.
Menurut informasi dari Wikipedia, catatan pertama tentang Barongsai menggambarkan tarian ini sebagai sarana mendatangkan keberuntungan.
BACA JUGA:Semarakkan Imlek, Gelar Bazaar
Bahkan, Barongsai diyakini sudah ada sejak masa Dinasti Qin pada abad ke-3 sebelum Masehi. Pada masa itu, Barongsai dipercayai sebagai tarian pengusir roh jahat dalam keyakinan masyarakat Tiongkok.
Sejarah kemudian mengungkapkan bahwa Barongsai mulai populer pada zaman Dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) sekitar tahun 420-589 Masehi.
Kisah menarik terkait dengan Barongsai muncul ketika pasukan raja Song Wen Di menggunakan tiruan boneka singa yang diciptakan oleh seorang panglima perang bernama Zhong Que.
Boneka tersebut berhasil mengusir pasukan raja Fan Yang dari negeri Lin Yi yang menyerang. Keberhasilan ini menjadikan Barongsai melegenda hingga sekarang.
BACA JUGA:Resep Lontong Cap Go Meh, Hidangan Spesial yang Membuat Keluarga Bahagia Dihari Imlek
BACA JUGA:Menikmati Tahun Baru Imlek di Twelve Chinese Dining
Di Indonesia, Barongsai diperkirakan masuk pada abad ke-17, bersamaan dengan migrasi besar-besaran dari Tiongkok Selatan ke wilayah Selatan, termasuk Indonesia.
Pada masa tersebut, setiap perkumpulan Tionghoa Hwe Koan di berbagai daerah Indonesia hampir dipastikan memiliki kelompok Barongsai.
Namun, perkembangan Barongsai terhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI, dimana kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam dan Barongsai dilarang.