PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID -Bulan Rajab, sebagai bagian dari empat bulan haram Islam, memiliki kedudukan istimewa yang memerlukan peningkatan spiritual.
Umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan kebaikan selama bulan ini, menciptakan suasana spiritual intens dan khusus.
Puasa Rajab dilakukan dengan berbagai variasi, dari satu hingga dua puluh tujuh hari, sebagai bentuk penghormatan pada bulan yang dianggap sangat mulia ini.
Rasulullah mengingatkan umatnya tentang keutamaan bulan Rajab, di mana setiap kebaikan dilipatgandakan, doa-doa dijawab, dan penderitaan dihapus.
BACA JUGA:Masjid Merogan, Ritus Sejarah Perkembangan Islam di Palembang Mahakarya Kiai Merogan
BACA JUGA:4 Kiat Sukses Bisnis Menurut Ajaran Islam, Yuk Simak Agar Usahamu Berkah
Dalam spirit berbagi, berbagai amal ibadah seperti bersedekah, silaturrahim, memberi makan orang lapar, menjenguk orang sakit, dan menyenangkan anak yatim dianjurkan pada bulan ini, menjanjikan pahala yang melimpah.
Namun, lebih dari sekadar amal ibadah, penting untuk memahami makna filosofis dalam setiap huruf kata 'Rajab'.
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani, huruf ra’ melambangkan rahmat Allah, jim mencerminkan kedermawanan Allah, dan ba’ mengandung arti kebaikan Allah.
Ini menggambarkan bahwa Rajab membawa tiga anugerah dari Allah: rahmat tanpa siksaan, kedermawanan tanpa kikir, dan kebaikan tanpa antipati.
BACA JUGA:Begini Lho Cara Cuci Pakaian Bebas Najis Menurut Syariat Islam
BACA JUGA:Waspadai 5 Bahaya Berutang Menurut Islam. Bisa DIcap Allah SWT sebagai pencuri
Bulan Rajab juga menjadi persiapan untuk bulan suci berikutnya, Ramadhan. Rasulullah menjelaskan bahwa Rajab membawa kebaikan yang melimpah untuk Sya’ban dan Ramadhan.
Oleh karena itu, Rajab dianggap sebagai bulan pembuka, memotivasi umat Islam untuk lebih semangat dalam meningkatkan ketaatan dan kebaikan menjelang dua bulan suci tersebut.
Mengutip Syekh Abdurrauf al-Munawi, bulan Rajab adalah waktu di mana Allah memberikan pahala berlimpah atas ibadah dan kebaikan.