Program Genting Belum Signifikan Turunkan Stunting, Pernikahan Dini Salah Satu Penyebab

MBG: Gubernur Sumsel H Herman Deru, mendampingi MendukBangga/Kepala BKKBN Wihaji, memantau pendistribusian MBG bagi ibu hamil, ibu menyusuai, balita non-PAUD, di Posyandu Mawar Merah Kecamatan IB II, Palembang, Selasa (15/4). -FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS-
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendugbangga)/BKKBN, belum signifikan menurunkan angka stunting di Provinsi Sumsel. Per periode 2024, jumlah balita stunting mencapai 6.092 anak.
Sementara dari data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting di Sumsel pada 2023, naik 1,7 persen menjadi 20,3 persen. Padahal sempat turun signifikan menjadi 18,6 persen pada 2022, dari tahun 2021 yang sebesar 24,8 persen.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (MendukBangga)/Kepala BKKBN Wihaji, menyebut tidak semua penyebab stunting karena kekurangan gizi. ”Salah satunya akibat pernikahan dini,” ujarnya, dalam kunjungan kerjanya di Palembang dan Ogan Ilir, Selasa (15/4).
Gizi menjadi faktor krusial dalam permasalahan stunting. Asupan yang sehat dan seimbang menjadi perhatian pemerintah pada kelompok sasaran, terutama ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Selain itu juga bisa dari akibat kurangnya air bersih dan kelayakan MCK.
Wihaji mengaku kedatangannya untuk memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi ibu hamil (bumil), ibu menyusui dan balita non-PAUD sudah terlaksana. Di Sumsel, program ini baru dilaksanakan 1 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kota Palembang.
BACA JUGA:Balita Stunting Jadi Catatan Pansus DPRD
BACA JUGA:Pertamina Dukung Penanganan Stunting di Sumbagsel dengan Distribusi Ratusan Paket PMT
Karenanya dia memantau pendistribusian MBG kepada bumil, ibu menyusui dan balita non-PAUD, di Posyandu Mawar Merah, Kecamatan IB II. “MBG bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita non-PAUD, jumlah penerimanya 10 persen dari kuota MBG di wilayah tersebut,” ujarnya.
Wihaji memisalkan, di Kecamatan IB II ini kuota MBG 3.484, maka 448 untuk MBG ibu hamil, dan menunya harus dibedakan. Pendistribusiannya sedikit berbeda dengan yang dilakukan di satuan pendidikan. "Ibu hamil tidak mungkin setiap hari berkumpul, maka akan disesuaikan dengan jadwal posyandunya untuk pendistribusian," urainya.
Dia menambahkan, di Sumsel ini salah satu contoh. Karena belum banyak yang terlaksana MBG untuk ibu hamil ibu, ibu menyusui dan balita non-PAUD. ”Sebenarnya dari 38 provinsi sudah jalan, tapi setiap provinsi hanya satu atau dua, karena SDM dan perangkat lainnnya masih disiapkan,” akunya.
“Tapi targetnya insya Allah April ini 3 juta (penerima manfaat). Sampai akhir tahun 80 juta, sesuai arahan Presiden. Nanti kita akan evaluasi masalah di lapangan," tambah Wihaji.
Dia menyebut, bahwa program MBG ini juga menjadi bagian dari upaya penanganan stunting. "Salah satu sebab stunting itu asupan gizi, karena itu untuk menyelesaikan dalam konteks asupan gizi, yakni dari MBG. Di Sumsel dulu angkanya 18 persen, sekarang sudah berkurang," ujarnya.