Lahan Pelabuhan Tanjung Carat Belum Beres

Minggu 14 Jan 2024 - 22:11 WIB
Reporter : kemas arivai
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Terbukti tidak mudah mewujudkan pembangunan pelabuhan laut di Tanjung Carat. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel berharap, groundbreaking bisa dilakukan tahun ini (2024).

Namun, saat ini, masih proses pelepasan kawasan hutan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). “Sejauh ini 5 mohzaik atau sekitar 130 hektare lebih sudah dilepas dan menjadi milik Pemprov Sumsel,” kata Kepala Dinas Perhubungan Sumsel, Drs Ari Narsa SSos MSi, kemarin. 

Sedangkan untuk daerah penyangga, sekitar 60 hektare, tengah proses dilakukan pelepasan status kawasan hutannya. “Kalau yang 130 hektare sudah aman, tidak ada masalah lagi. Jadi total yang akan dilakukan groundbreaking sekitar 200 hektare,” terang Ari. 

Untuk investor sendiri sudah ada beberapa, baik BUMN seperti Pertamina, Pelindo maupun pihak swasta lainnya. Dijelaskan Ari, target mulai groundbreaking tahun ini sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi yang minta agar pelaksanaan pembangunan pelabuhan ini secepatnya dilaksanakan. 

Menurut Ari, target groundbreaking Pelabuhan Tanjung Carat tahun ini juga menjadi keinginan Pj Gubernur Sumsel. “Beliau inginnya segera dilakukan groundbreaking di tahun ini. Karena beberapa alasan yang urgen,” katanya. Sementara kebutuhan adanya pelabuhan yang lebih besar dan luas sudah sangat mendesak. 

BACA JUGA:3 KEK Baru Disetujui, Target Realisasi Investasi Hampir Rp 300 Triliun. Apa Kabar KEK Tanjung Carat Sumsel?

BACA JUGA:Investasi Sumsel Tercapai Rp36,8 Triliun, Proyek Pelabuhan Tanjung Carat Jadi Harapan

Salah satunya, karena pengembangan Pelabuhan Boombaru sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan. ”Karena lahan terbatas dan kepadatan lalu lintas,” ujarnya.  Sementara aktivitas ekspor impor di Sumsel semakin meningkat. Apalagi, Sumsel merupakan pintu gerbang perekonomian di Sumatera. “Alur Sungai Musi tidak mendukung lagi. Kapal besar sulit masuk dan merapat ke Boombaru,” jelas Ari. 

Salah satu sebab, pendangkalan (sedimentasi) di sepanjang alur Sungai Musi cukup tinggi.  Kapal besar harus mengeluarkan biaya tinggi jika memasukkan barang lewat Pelabuhan Boombaru. “Kapal di atas 10 ribu gross tonnage (GT) tidak dapat melalui alur Sungai Musi. Mereka harus lego jangkar di perairan  Tanjung Buyut,” ungkapnya. 

Ini membuat bongkar muat harus seat to seat. Muatan kapal berbobot besar dibongkar muat di Tanjung Buyut, kemudian dibawa kapal lebih kecil (di bawah 10 ribu GT) masuk ke Pelabuhan Boombaru. Sebaliknya untuk mengeluarkan barang dari Sumsel juga begitu.

 “Ini membuat cost semakin tinggi,” ungkapnya.  Kalau Pelabuhan Tanjung Carat sudah selesai dibangun, maka kapal 60 ribu GT atau di atas 60 ribu ton bisa bersandar. “Kalau tahun ini groundbreaking, dua tahun ke depan Pelabuhan Tanjung  Carat dapat beroperasional,” tuturnya.

Jika Pelabuhan Tanjung Carat kelar, maka tidak perlu lagi ekspor barang/komoditi lewat pelabuhan di Lampung. Bisa langsung dari Tanjung Carat ke negara-negara tujuan ekspor.(kms/)

 

Kategori :