PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Achmad Hafisz Thohir, Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, menyampaikan keprihatinannya terhadap nasib etnis Rohingya di Myanmar.
Hafisz mengecam berbagai bentuk penderitaan dan kekerasan yang dilancarkan oleh junta militer Myanmar terhadap kelompok tersebut.
"Penduduk Rohingya, yang telah ada di Rakhine sejak tahun 1055 dan pernah mengalami masa kejayaan di Myanmar, kini diusir dari tempat tinggal mereka," ungkap Anggota Komisi XI DPR RI ini, Rabu, 27 Desember 2023.
Hafisz menyayangkan sikap Pemerintah Myanmar yang mengabaikan etnis Rohingya dengan menganggap mereka bukan warga negara, mengakibatkan nasib mereka semakin tak pasti.
BACA JUGA:Hafisz Tohir di COP 28: Pendanaan Perubahan Iklim, Tantangan Baru untuk Keberlanjutan Global
Lanjutnya, dengan tidak adanya perhatian dari pemerintah, tindakan sewenang-wenang terus berlangsung: pembunuhan dan pengusiran.
Represi semakin meningkat. Penduduk Rohingya terus menderita dan diusir. Hak asasi manusia mereka terabaikan.
" Lebih dari 1 juta penduduk Rohingya telah terusir dari tanah kelahiran mereka. PBB mengakui mereka sebagai kelompok paling teraniaya di dunia," ujarnya.
Hafisz mendesak negara-negara ASEAN dan dunis untuk mengambil langkah konkret.
BACA JUGA:Hafisz TohirTegaskan Mahasiswa Perlu Tingkatkan Informasi dan Jaringan Bisnis. Ini Alasannya!
Guna menghentikan kekerasan dan genosida yang dilakukan oleh junta militer Myanmar terhadap etnis Rohingya.
"Tidak hanya cukup dengan mengutuk, dunia dan ASEAN perlu mengambil tindakan nyata untuk menghentikan ini semua,"tegasnya.
Misalnya, Myanmar dapat diisolasi dari forum internasional, embargo senjata dan ekonomi, pencabutan paspor dan visa.